7 Alasan Normalisasi Akan Segera Berakhir

normalisasi

Purna Warta – Tahun lalu, 2020, negara-negara Emirat, Bahrain, Sudan dan Maroko menandatangani resolusi normalisasi hubungan dengan rezim pembantai anak-anak, Israel dengan pelantara pemerintahan Amerika pimpinan Donald Trump.

Sejak saat itu, secara resmi mereka mengadakan relasi normal diplomatis di bawah resolusi Abraham. Satu resolusi yang sekarang dikupas oleh Rai al-Youm lalu menjelaskan analisanya bahwa resolusi, yang digembar-gemborkan Donald Trump bersama Menantu kesayangannya, Jared Kushner, belum genap umur satu tahun telah kehilangan warna dan melemah.

Website Rai al-Youm menelisik satu persatu alasan akhir hayat hubungan normal negara-negara di atas dengan Israel:

Pertama: Ditutupnya kotak Abraham yang dibangun oleh Donald Trump bersama sahabat karibnya, Emirat untuk mendukung finansial proyek normalisasi.

Kedua: Pernyataan Badr bin Hamad bin Hamood al-Busaidi, Menteri Luar Negeri Oman dalam wawancara dengan Asharq al-Awsath yang menegaskan keengganan Muskat untuk masuk dalam poros normalisasi.

Bahkan Oman menekankan bahwa mereka mendukung piagam internasional terkait Palestina. Pernyataan ini ditegaskan satu hari sebelum kunjungan Menlu Oman ke Riyadh.

Ketiga: Amerika Serikat pimpinan Joe Biden mundur dari janji politik pemerintahan Donald Trump kepada Maroko dan Sudan. Rencananya AS akan meresmikan pemerintahan Maroko atas wilayah Sahara dan berinvestasi besar di Sudan.

Keempat: Penolakan rakyat secara menyeluruh di banyak kedaulatan yang menandatangani resolusi Abraham karena tekanan Amerika beserta janji cuan dan politik. Sebagai contoh, rakyat Sudan demo dan menolak normalisasi dengan rezim Zionis. Di Maroko, Duta Besar Zionis juga tidak bisa beranjak dari kamar hotel, karena tidak ada satupun pihak yang mau menyewakan rumah atau tempat kepadanya sebagai tempat tinggal Dubes.

Kelima: Suara positif Sudan dan Bahrain atas kesepakatan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menuntut penyelidikan internasional tentang kasus kejahatan perang Zionis dalam perang terakhir di Gaza. Dan Israel-pun tercengang mendengarkan suara pro ini.

Keenam: Pertikaian dua negara kondang normalisasi. Pertama Emirat yang telah menandatangani dan Arab Saudi yang baru mau menuju pintu normalisasi. Kontraversi Saudi versus Emirat tentang Yaman dan beberapa negara Arab telah menggerogoti pondasi resolusi Abraham.

Bahrain, yang berada di tengah, tidak mampu mengambil keputusan kepada siapa akan memihak. Emirat (yang berhubungan baik dengan Israel) dan Saudi (yang berhubungan baik dengan Qatar dan berupaya mendekati Oman) secara transparan menolak normalisasi kebanggaan Donald Trump.

Ketujuh: Keputusan Joe Biden, Presiden Amerika Serikat, pelan-pelan menarik pasukan dari Afganistan, mengambil 8 sistem pertahanan Patriot dan anti rudal THAAD dari 4 negara besar: Saudi, Yordania, Kuwait dan Irak, memindah pasukan darat beserta perlengkapan berat militer dari basis al-Sayliyah di Qatar ke Yordania di bawah strategi pemusatan kekuatan di Timur Asia dan menghadapi China.

Di akhir catatannya, Rai al-Youm membahas perang Muqawamah Palestina dan rezim Zionis. “Perang ini telah meruntuhkan resolusi Abraham beserta efek-efeknya,” tulis Rai al-Youm mengakhiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *