4 Mimpi Buruk Israel di Laut Merah dan Yaman

4 Mimpi Buruk Israel di Laut Merah dan Yaman

Purna Warta – Media internasional meliput fakta kemajuan serta unjuk kekuatan Militer dan Komite Kerakyatan Yaman bertepatan dengan perkembangan mereka di pesisir Laut Merah provinsi Ma’rib dan al-Hudaidah.

Al-Mayadeen, dalam salah satu laporannya menguak kekhawatiran besar rezim Zionis di belakang manuver latihan perangnya bersama 2 negara Arab Teluk Persia, Emirat dan Bahrain, dan Amerika di laut Merah.

CENTCOM hari Kamis pekan lalu, 11/11, mengabarkan latihan militer 5 hari Pentagon dan sekutu Timur Tengahnya.

Baca Juga : Petuah AS ke Saudi: Lakukan Apa yang Kami Lakukan di Afganistan

Brad Cooper, Komando NAVCENT, Armada Kelima dan Maritim Gabungan AS, terkait latihan perang bersama ini menyatakan, “Kerjasama maritim membantu menjaga kebebasan dan jalur bebas perdagangan. Hal ini perlu untuk keamanan dan stabilitas Kawasan.”

Al-Mayadeen, mengupas latihan perang ini dan menjelaskan 4 mimpi buruk yang dilihat Israel di wilayah laut Merah, antara lain:

Pertama: Target-target urgen akan kami hantam. Ini adalah pernyataan yang keluar dari lisan gerakan Muqawamah Yaman, Ansarullah di tahun lalu. Satu respon akan pernyataan petinggi Tel Aviv tentang sorot mereka atas situasi Yaman.

Ini bukan hanya satu gertakan biasa, karena drone-drone Sanaa dan kekuatan rudal mereka merupakan ancaman bagi Israel di laut Merah. Ancaman ini telah diperingatkan oleh para analis Zionis.

Baca Juga : Hello, Udah Sampai Mana Nih Penarikan Mundur AS dari Irak?

“Menciptakan ancaman oleh Militer dan Komite Kerakyatan Yaman di Eilat tidak akan lebih sulit dari ancaman ke Aramco Saudi. Ancaman yang telah didengungkan oleh salah satu analis Institute Keamanan Nasional rezim Zionis. Meskipun mereka masih menganggap kecil ancaman tersebut, akan tetapi mereka menegaskan bahwa kemampuan Ansarullah menembakkan rudal jarak jauh memungkinkan Muqawamah untuk mengincar daerah pendudukan Palestina, dengan kata lain, ini adalah satu fakta meski terbatas,” tulis al-Mayadeen menganalisa.

Kedua: Pada perang tahun 1967, Tel Aviv pernah mengalami kesulitan saat Terusan Suez dan Selat Tiran ditutup. Lalu apa artinya penutupan satu titik lebih jauh yaitu Bab al-Mandeb di mata Israel?’

Menurut analisis al-Mayadeen, penutupan Bab al-Mandeb akan merugikan secara langsung kapal impor dan ekspor Tel Aviv.

“India adalah pengimpor senjata Israel di dunia. 43% ekspor senjata Israel di antara tahun 2016 hingga 2020 khusus dipasarkan ke India. Selain itu, Vietnam juga menjadi salah satu pelanggan senjata Israel dan 12% pasar ekspor senjata Israel untuk dijual ke Hanoi. Dengan kata lain, penjualan senjata telah menjadi bagian terpenting pendapatan ekonomi Israel, di mana Israel berhasil mencapai peringkat negara ke-8 penjual senjata dunia, dalam artian Tel Aviv telah menutup 3% pasar senjata internasional,” kupas al-Mayadeen akan pentingnya jalur laut Bab al-Mandeb dan sekitarnya di mata Tel Aviv.

Baca Juga : Siasat Saudi di Lebanon Akan Gilas Kepentingan Barat, AS-Prancis Harus Lawan

Surat kabar kondang dunia Arab tersebut menambahkan, “Kapal-kapal pembawa senjata, yang menjadi salah satu pilar ekonomi Tel Aviv, berada dalam kondisi terancam yang akan berefek pada kehidupan sosial penduduk Israel.”

Sisi lain situasi Israel adalah ketergantungan mereka pada barang-barang impor. Satu barang yang berangkat dari arah Samudera Hindia dan sampai ke Tel Aviv melalui jalur Bab al-Mandeb.

“Tel Aviv telah menimbang perhitungan berbalik situasi saat ini dengan situasi di perang Oktober 1973. Kala itu, Israel telah merasakan pahitnya penutupan Bab al-Mandeb atas kapal-kapal Iran pimpinan Shah Pahlavi dan sekarang Israel lebih khawatir karena hubungan baik Iran dan Yaman,” hemat al-Mayadeen.

Ketiga: Proyek impian masa depan parawisata pantai Israel. Pertama, dikarenakan kalkulasi keuntungan besar ekonomi proyek ini dan kedua, upaya membangun normalisasi dengan negara-negara. Kota NEOM (kota canggih yang sedang dibangun di bagian utara Saudi) merupakan pusat proyek ini, di mana teknologi Israel menjadi salah satu opsi paling besar pendapatan proyek pariwisata ini.

Baca Juga : Ini Hasil Pertemuan Virtual Biden dan Xi Jinping

Proyek ini tentu membutuhkan stabilitas tingkat tinggi. Tanpa stabilitas di laut Merah, proyek tersebut tidak mengindikasikan apa-apa.

“Melepas kesempatan stabilitas militer di laut Merah sama dengan melepas kesempatan ekonomi Tel Aviv di kota cerdas tersebut,” hemat al-Mayadeen.

Keempat: Upaya China untuk menciptakan stabilitas mumpuni di semua selat di bawah proyek One Belt One Road. Menyorot peta proyek ini, selat dan jalur-jalur perdagangan darat, bisa dipastikan bahwa Bab al-Mandeb merupakan salah satu mata rantai penghubung, yang harus diperhatikan demi keberhasilan proyek. Merunut sampai ke daerah Mediterania, pelabuhan Haifa hanya akan menjadi jalur kedua atau ketiga, karena ada banyak pelabuhan yang bisa dijadikan opsi.

Protes keras Tel Aviv ke Amerika bisa dijadikan bukti upaya mereka untuk menjadi salah satu pemain di bidang ini, sebab Bab al-Mandeb bisa menghapus poin ini. Kerugian besar akan dipikul Israel dalam proyek kereta api Eilat ke Ashdod dan garis transaksi energi.

Baca Juga : New York Times: Erdogan Ketagihan Ulah

Di akhir al-Mayadeen menuliskan catatan bahwa 4 hal di atas bukanlah satu hal fiktif belaka, akan tetapi itu adalah salah satu fakta pendukung upaya balas dendam Yaman ke pendudukan Zionis secara geografis. 4 hal buruk ini cukup untuk memukul keamanan dan ekonomi Israel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *