4 Ancaman Hidup Rezim Zionis; dari Komposisi Demografi Hingga Cyber Attack

4 Ancaman Hidup Rezim Zionis; dari Komposisi Demografi Hingga Cyber Attack

Purna Warta – Media Israel menganalisa ancaman-ancaman hidup yang membahayakan rezim Zionis dalam menghadapi masalah sosial. Dalam hal ini militer tidak memiliki program, menurut Haaretz.

Surat kabar kondang dekat dengan rezim Zionis, Haaretz, hari Rabu (4/5) kemarin mengupas pelbagai ancaman di depan mata pemerintahan semu Israel.

Baca Juga : Setahun Pasca Perang 12 Hari Gaza, Runtuhnya Perhitungan Israel

Dalam kupasan politik terbarunya ini, Haaretz melaporkan statistik populasi penduduk Palestina dan Yahudi, dari laut hingga sungai di Palestina Pendudukan (laut Mediterania hingga sungai Yordan, yang merupakan daerah-daerah yang mayoritas berada di bawah kontrol Zionis). Statistik tersebut diambil dari dua tahun lalu dan menunjukkan peningkatan populasi hingga lebih dari 14 juta warga.

Haaretz menuliskan bahwa dua badan keamanan Israel, dua tahun lalu, menyiapkan dua laporan tentang komposisi demografi Israel-Palestina. Di mana dua laporan tersebut didasarkan pada pengumpulan dan penyelidikan hasil laporan organisasi statistik yang berbeda-beda yang menjurus ke satu kesimpulan yang kurang lebih sama.

Dalam dua laporan tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 2020 terjadi satu perubahan dalam komposisi demografi di berbagai wilayah Israel, dari laut Mediterania hingga sungai Yordan. Sedari waktu itu, populasi warga Arab lebih banyak dari populasi Yahudi Zionis.

Baca Juga : China-Iran Tingkatkan Kerja Sama Militer, Global Times: Gegara Intervensi AS

Perkembangan kondisi ini, menurut analisa Haaretz, merupakan satu titik perubahan urgen. Karena dengan berlalunya waktu, hal ini akan terus berkembang di masa depan. Diindikasikan bahwa peningkatan populasi Arab akan terjadi di berbagai wilayah Pendudukan, di tengah sosial Palestina dan Yahudi.

“Dalam jangka panjang, masyarakat dunia akan mengetahui fakta ini lebih dalam. Di tengah situasi ini, rezim Zionis akan menghadapi masalah besar demi menjaga dan mempertahankan pendudukannya di wilayah-wilayah luas dari Tepi Barat. Daerah ini (Tepi Barat) merupakan wilayah Palestina yang dikontrol dan dikuasai Zionis. Dan semua warga Palestina ini tidak memiliki hak suara di bagian instansi-instansi terpilih Israel,” tulis Haaretz.

Peningkatan Ide Satu Pemerintahan di Antara Sosial Palestina

Ada beberapa survei, menurut laporan media cetakan Palestina Pendudukan tersebut, yang dilakukan di tengah masyarakat Palestina Pendudukan 1948 yang menunjukkan perkembangan opini serta ide mengenai satu pemerintahan, khususnya di antara pemuda Palestina. Adapun opini pembentukan dua kedaulatan semakin berkurang.

Baca Juga : China Lebih Pilih Jalan Melawan Versus Sanksi

“Generasi muda Palestina meyakini bahwa opsi dua pemerintahan akan berakhir dan semua hal akan memihak Palestina. Komposisi demografi akan menyuntikkan tekanan yang takkan mampu dipikul oleh rezim Zionis. Israel akan dipaksa melakukan sebuah kesalahan, sedangkan persatuan bersama mayoritas Arab,” hemat Haaretz.

“Dua orang eks ketua Kantor Sipil militer Israel melakukan sebuah analisa universal lapangan di Tepi Barat. Mereka menyimpulkan bahwa pembentukan sistem perkotaan dalam beberapa tahun terakhir dalam koloni, menciptakan lahan pertanian dan perluasan pemukiman telah membangun satu fakta baru yang memustahilkan pemisahan sosial dua koloni,” tambah Haaretz.

Amos Harel, analis militer surat kabar Haaretz, menyatakan, “Di tengah situasi ini, yang telah berlangsung bertahun-tahun, tidak ada titah untuk para Komando lapangan Angkatan Bersenjata bagaimana harus menanggapinya. Di periode pemerintahan Ariel Sharon, Benjamin Netanyahu dan Naftali Bennett (yang terus mengupayakan jalan buntu politik versus Palestina) selalu menunggu laporan para Komando militer tentang perjalanan arah politik, ke manakah mengarah.”

Baca Juga : 5 Pertemuan Berlalu, The Jerusalem Post: Israel Khawatirkan Perundingan Iran-Saudi

Ancaman sosial bukanlah ancaman baru untuk Zionis, menurut pengamatan Haaretz, dan sudah banyak pihak yang mewanti-wanti bahaya ini, bahkan ada yang menyamakannya dengan bom waktu.

Laporan statistik populasi menunjukkan situasi yang memihak Palestina. Dalam laporan yang disiapkan pusat statistik rezim Zionis, menunjukkan bahwa pada tahun 2050, 62.8% daerah keseluruhan Palestina Pendudukan akan dipenuhi sosial Palestina.

4 Ancaman di Depan Mata Israel

Haaretz menambahkan dalam analisanya kupasan 4 ancaman hidup yang dihadapi rezim Zionis. Ancaman pertama adalah komposisi demografi dan dampaknya, yang di atas.

Ancaman kedua, menurut pengamatan Haaretz, adalah Kabinet Zionis yang melemah dan tidak banyak aktif dalam segala aktifitas, mulai dari sistem pemungutan pajak di daerah Arab dan urusan lainnya. Dampak politik nir-kegiatan ini bisa dilihat dalam setahun terakhir dalam kasus keributan di kota-kota selama perang 12 hari Gaza dan operasi perorangan Palestina dari sosial Arab versus Yahudi.

Baca Juga : Skenario Sanaa Melawan Makar Gencatan Senjata Saudi

“Perkembangan situasi yang menguasai kota besar dan kecil Arab bukan hanya satu efek dari kelemahan rezim Zionis dalam mendiktekan situasi dan aplikasi sistem di daerah-daerah ini. Situasi ini telah bergerak sejak Oktober 2000 dan konflik kala itu yang menewaskan 13 warga Palestina. Nir-kegiatan pemerintahan tak hanya dalam urusan ini, hampir mencakup semua urusan, dari ranah pendidikan dan kesehatan hingga pendudukan atau penjajahan itu sendiri,” tegas Haaretz.

“Pada tahun 2015, diagendakan anggaran 30 miliar Shekel untuk memperbaiki kondisi kota-kota Arab, namun anggaran tersebut tidak sampai pada tujuan. Banyak dari nominal ini yang lari ke bagian proyek buruk dan nafsu,” tambah Haaretz.

Ancaman ketiga, menurut analisa media cetakan Palestina Pendudukan tersebut, adalah kemiliteran dan perubahan identitas militer yang merupakan faktor penggerus nilai-nilai Angkatan Darat di perang-perang berikutnya.

“Meskipun ada anggaran raksasa untuk mengembangkan kemampuan Angkatan Bersenjata, namun anggaran tersebut tidak mampu menyelesaikan dua ancaman di atas,” sindir Haaretz.

Baca Juga : Hubungan Ankara-Tel Aviv Membaik, Pergerakan Hamas di Turki Semakin Sempit

Penurunan hasrat generasi muda untuk aktif dalam militer mendapatkan perhatian khusus petinggi Zionis dalam 20 tahun terakhir. Mungkin masalah ini tidak terlalu bermasalah di beberapa negara, akan tetapi untuk Palestina Pendudukan, yang menjadikan keamanan sebagai nadi, merupakan masalah urgen.

“Nominal pasukan manusia merupakan ancaman hidup militer Israel, karena hanya pemuda berumur 18 tahun yang akan khidmat di militer. Krisis ini tidak hanya muncul dari Yahudi Haredi, tetapi tumbuh dari perubahan sosial Israel dan identitas prajurit,” tulis Haaretz.

Di akhir, Haaretz mencatat ancaman keempat Zionis dan itu adalah bahaya serangan siber, “Israel tidak memperhatikan ini dengan cukup. Di saat mereka membanggakan kemampuan siber, saat itu pula mereka menghadapi serangan keras.”

Baca Juga : Rezim Terus Berganti di Kabul, Iran Tidak Pernah Meninggalkan Rakyat Afghanistan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *