Purna Warta – Saat ini, setidaknya terdapat tiga negara Islam yang masih terus berkhianat dan memasok minyak kepada Israel meski perang Gaza masih berkecamuk.
Operasi militer Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan 8 ribu lebih warga sipil sejak 7 Oktober 2023 mendapat kecaman internasional, terutama dari negara-negara Islam. Meski mendapat kecaman, namun Israel masih tetap terus melanjutkan serangannya, bahkan dengan terang-terangan menyebutkan fasilitas publik seperti rumah sakit dan gedung-gedung sekolah adalah bagian dari target serangan.
Baca Juga : 3 Militan Bersenjata Tewas Ditembak Pasukan Keamanan di Afghanistan utara
Israel masih terus eksis melancarkan serangannya diantaranya, karena masih tetap mendapatkan pasokan minyak. Ternyata, pemasok minyak ke Israel justru dari negara-negara Islam juga. Itu menunjukkan bahwa retorika bisnis masih lebih diutamakan daripada retorika kemanusiaan, untuk segera menghentikan perang di Gaza.
Bisa saja, pemimpin negara Islam mengencam Israel, tetapi di belakang mereka memiliki transaksi bisnis yang menguntungkan dengan Negara Zionis. Berikut adalah 3 negara yang memasok minyak ke Israel selama perang Gaza yang dilansir dari Sindonews.
Turki
Melansir Intellinews, impor minyak Israel terus melewati Turki meskipun hubungan kedua negara hampir runtuh akibat operasi militer tanpa kompromi yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas pembantaian lintas batas Hamas yang dilakukan tiga minggu lalu.
Padahal, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada akhir pekan saat “Reli Besar Palestina” di Istanbul menuduh Israel sebagai “penjahat perang”—meskipun ia sendiri dituduh melakukan kejahatan perang mengingat militer Turki membom wilayah yang dikuasai Kurdi di timur laut Suriah— sementara pada tanggal 25 Oktober ia menyatakan bahwa Hamas bukanlah teroris karena mereka adalah “kelompok pembebasan, ‘mujahidin’ yang melakukan pertempuran untuk melindungi tanah dan rakyatnya”.
Baca Juga : Paus Fransiskus Serukan Perdamaian di Palestina
Israel menanggapinya dengan menarik kembali staf diplomatiknya dari Turki untuk mengevaluasi kembali hubungan antara Yerusalem dan Ankara. Sebelum retorika paling tajam Erdogan terhadap tindakan Israel di Gaza dan dukungan yang diterimanya dari AS dan negara-negara Barat lainnya, merek-merek Barat termasuk McDonald’s dan Starbucks sudah menghadapi reaksi keras dari konsumen Turki. Fakta bahwa Turki terus mengizinkan pengiriman minyak ke Israel mungkin tidak terlalu mengejutkan mengingat realitas politik dan bisnis.
Seperti yang ditulis oleh IntelliNews pada bulan November 2022, ketika PM Israel Benjamin Netanyahu mengadakan panggilan telepon dengan Erdogan untuk masa jabatan barunya: “Netanyahu harus secara teratur membunuh beberapa warga Palestina untuk tetap berkuasa. Langkah Erdogan adalah mengeluarkan kata-kata kasar dan meneriakkan kemarahannya. Hal ini berhasil menenangkan massa yang marah atas keheningan global akibat tindakan pembunuhan Israel terhadap Palestina.
“Dulu dia [Erdogan] memanggil saya Hitler setiap tiga jam, sekarang setiap enam jam, tapi syukurlah perdagangan [dengan Turki] meningkat,’ kata Netanyahu pada tahun 2020, menggambarkan permainan hubungan internasional antara dia dan Erdogan.”
Baca Juga : Norwegia: Israel Sudah Tidak Sepenuhnya Menghormati Hukum Internasional
Azerbaijan
Melansir Bloomberg, kapal tanker Seaviolet yang membawa satu juta barel minyak Azerbaijan saat ini sedang dalam perjalanan ke pelabuhan Eilat di Israel. Ketika dermaga minyak utama Israel di Ashkelon dihancurkan akibat serangan pejuang Hamas baru-baru ini, pelabuhan Eilat di Laut Merah digunakan untuk pengiriman minyak. Bloomberg mencatat bahwa hal ini menunjukkan bahwa meskipun berperang dengan Hamas, Israel dapat terus mengimpor minyak tanpa gangguan.
Dilaporkan bahwa kapal tanker Seaviolet setinggi 900 kaki itu memuat lebih dari satu juta barel minyak Azeri Light Azerbaijan dari terminal Ceyhan di Turki. Secara resmi, kapal tanker tersebut sedang menuju pelabuhan Aqaba di Yordania, namun beberapa pedagang telah mengkonfirmasi kepada Bloomberg bahwa kargo tersebut, yang dibeli oleh kilang minyak Israel Paz Oil, sebenarnya akan dikirim ke pelabuhan Eilat, yang terletak hanya enam kilometer dari Aqaba.
Menurut perusahaan analitik Kpler, Israel tidak menggunakan Eilat untuk impor minyak selama beberapa tahun. Diketahui bahwa perusahaan EAPC sedang memasang pipa sepanjang 163 mil dari Eilat ke Ashkelon, dari mana minyak mentah akan dikirim ke kilang terdekat di Ashdod. Baca Juga Pasukan Elite Israel yang Terjebak di Terowongan Gaza Jadi Sasaran Empuk Hamas
Kazakhstan
Baca Juga : Kim Jong-un Perintahkan Dukungan Komprehensif untuk Palestina
Impor ke Eilat, pelabuhan yang terletak di garis pantai Israel sepanjang tiga mil di puncak Teluk Aqaba, telah melambat dalam beberapa tahun terakhir karena Israel mendapatkan sebagian besar minyaknya melalui Mediterania dari eksportir Laut Hitam seperti Kazakhstan.