20 Tahun Menduduki Afghanistan, AS Dapat Apa?

militer as dapat apa?

Purna Warta – Dengan dalih mencari dan ingin menghakimi pimpinan al Qaeda Osama bin Laden yang mengaku bertanggungjawab atas peristiwa mengerikan runtuhnya Menara Kembar World Trade Center di New York City oleh serangan pada Selasa 11 September 2001, Presiden AS saat itu George Walker Bush memerintahkan invasi terhadap Aghanistan. Dengan menyebut operasi itu perang melawan terorisme, Bush tidak hanya mencari Osama bin Laden tapi juga sekaligus menggulingkan rezim Taliban yang dituduh bekerja sama dengan al-Qaeda. Taliban sendiri berkuasa di Aghanistan sejak tahun 1996.

Hanya dalam waktu singkat invasi militer AS tersebut membuat perubahan besar di Afghanistan. Rezim Taliban runtuh, namun Taliban sendiri sebagai kekuatan politik tidak sepenuhnya habis. Pasukan penjaga perdamaian PBB yang disebut Pasukan Bantuan Keamanan Internasional beroperasi di Kabul sejak Desember 2001. Pasukan, dan dinas intelijen dari Amerika Serikat, dan sejumlah militer negara lain juga hadir. Beberapa bertugas untuk menjaga perdamaian, lainnya ditugaskan memburu sisa-sisa Taliban, dan al Qaeda.

Setelah dua dekade kemudian, AS melalui Joe Biden telah mengumumkan penarikan militer AS secara bertahap dan  proses itu akan berakhir pada 11 September 2021. Tetapi AS dan pasukan lainnya mundur dari Afghanistan jauh lebih cepat.

Pertanyaannya, selama itu di Afghanistan, AS mendapat apa?.

Watson Institute for International and Public Affairs dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa biaya perang AS di Afghanistan yang dimulai sejak musim gugur 2001 dan akan berakhir dalam beberapa hari mendatang mencapai $ 2,26 triliun. Proyek yang didanai oleh Departemen Pertahanan dan Departemen Luar Negeri AS menewaskan secara langsung setidaknya 241.000 orang.

Laporan baru ini dirilis di saat kasus perang AS di Afghanistan sedang ditutup dengan cara terburuk. Langkah Presiden AS, Joe Biden memerintahkan penarikan tergesa-gesa pasukan AS dari Afghanistan telah membuka halaman lain skandal Washington dalam perang di negara kawasan Asia selatan itu.

Menurut statistik, ribuan warga sipil Afghanistan kehilangan nyawa mereka dalam pendudukan militer tersebut. Sebanyak 2.448 tentara AS tewas dan 1.144 tentara NATO tewas dalam perang selama 20 tahun terakhir di Afghanistan.

Sebanyak 69.000 orang tentara Afghanistan dan 72 wartawan serta 444 pekerja bantuan kemanusiaan tewas dalam perang yang telah berlangsung selama dua dekade tersebut.

Kehadiran militer AS dan NATO di Afghanistan tidak menghasilkan apa-apa selain pembunuhan, peningkatan ketidakamanan, dan produksi narkotika yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara yang dilanda perang itu.

Selain itu, yang membuat AS rugi besar, adalah anggaran khusus yang dikeluarkannya untuk membangun kekuatan militer Afghanistan yang tangguh namun ternyata tidak menghasilkan apa-apa menyusul menyerahnya tentara Aghanistan di hadapan Taliban tanpa banyak perlawanan dalam sejumlah serangan beberapa pekan terakhir. Anggaran militer tersebut banyak dikorupsi pejabat militer pemerintah.

Sebuah laporan AS mengungkapkan bahwa komandan militer Afghanistan menyedot uang dengan menciptakan ‘tentara hantu’ untuk membayar gaji mereka. AS mengklaim lebih dari $300 juta setahun dihabiskan untuk gaji personel militer yang tidak ada.
Didanai oleh AS, petinggi militer Afghanistan menyedot uang dengan menunjukkan kekuatan yang tidak ada di lapangan.

Pengamatan tersebut merupakan bagian dari laporan yang dirilis di AS oleh Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR). Berjudul “Apa yang perlu kita pelajari: Pelajaran dari dua puluh tahun rekonstruksi Afghanistan”, laporan setebal 140 halaman itu melukiskan gambaran realitas di lapangan tentara Afghanistan.

Laporan tersebut mengutip penilaiannya sendiri yang dibuat pada tahun 2015, mengatakan bahwa Komando Transisi Keamanan Gabungan – Afghanistan (CSTC-A), yang mengawasi pelatihan dan perlengkapan pasukan Afghanistan, tidak dapat menyediakan staf yang cukup untuk memverifikasi Tentara Nasional Afghanistan dan Polisi Nasional Afghanistan. “Kesenjangan data tersebut memungkinkan pejabat yang korup untuk meningkatkan jumlah penghasilan mereka secara artifisial, yang menyebabkan personel yang tidak ada dibuat untuk menarik gaji,” kata laporan itu. Disebutkan pula bahwa lebih dari $300 juta setahun dihabiskan AS untuk gaji kepada personel fiktif.

Akibat korupsi yang menggila, ketidak tersediaan personel militer yang cukup karena banyak tentara fiktif, pimpinan militer yang tidak bertanggungjawab serta mental tentara yang lemah, membuat Taliban mampu merebut sejumlah provinsi dalam hitungan minggu, ketika AS mulai menarik pasukannya dari Afghanistan pada musim panas 2021. Peristiwa-peristiwa berikutnya, khususnya kemajuan pesat Taliban, serta keruntuhan yang tak terduga dari tentara Afghanistan dan pemerintah pusat serta larinya Presiden Ashraf Ghani menyebabkan Taliban dengan mudah mengambil alih Kabul.

Naiknya Taliban ke tampuk kekuasaan setelah 20 tahun terakhir, dan kesepakatan damai antara pemerintahan Trump dengan Taliban di Doha memaksa Biden untuk mengakhiri pendudukan, yang jauh lebih buruk daripada Perang Vietnam, tanpa keuntungan.

Hasil dari pendudukan AS yang sia-sia selama dua dekade membuat Biden diserang kelompok oposisi. Sebab perang di Aghanistan diklaim bertujuan untuk memerangi terorisme dan melemahkan Taliban. Namun faktanya penguasaan Afghanistan secara cepat oleh Taliban menunjukkan kegagalan AS. Kemenangan Taliban juga diklaim mampu memicu peningkatan ancaman terorisme di kawasan.

Jadi, setelah 20 tahun pendudukan, Amerika Serikat tidak menghasilkan apa-apa selain kerugian trilyunan dollar dan ratusan ribu orang terbunuh. Tidak ada satupun keuntungan yang dicapai, walau itu sekedar mengurangi ancaman terorisme.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *