11 Dosa Besar Pelopor Normalisasi dengan Israel

normalisasi

Purna Warta – Abd Allah Ash’al, pakar HAM sekaligus dosen universitas Mesir, menulis sebuah analisa yang diterbitkan surat kabar online Rai al-Youm dengan judul ombak kedua normalisasi kerjasama dengan Israel. Sang analis kondang urusan konflik Arab-Israel ini menghitung 11 dosa para pelopor nomalisasi dari dunia Arab tersebut.

“Sejak zaman kedekatan Mesir dengan Israel di bawah naungan Amerika, pemerintah Mesir mengatakan berkali-kali (karena lugunya pemerintah Anwar Sadat) bahwa meresmikan Israel akan menjamin perdamaian serta perkembangan Mesir. Kerja sama dengan Israel akan membuka pintu keuntungan bagi kawasan regional.

Sementara Shimon Peres, Presiden Israel kala itu, membicarakan Timur Tengah modern sebagai upaya meyakinkan janji palsu dan penipuan terhadap bangsa Mesir. Pahlawan dalam hal ini adalah Menachem Begin, PM Israel dan Anwar Sadat, Presiden Mesir kala itu. Karena jerih payah mereka, keduanya menerima nobel perdamaian. Piala diberikan kepada Menachem Begin secara sempurna karena keteguhannya merealisasikan proyek Zionis dan Anwar Sadat yang cerdas telah menarik Mesir ke kematian dan penipuan bangsa Arab.

Dengan demikian, maka Anwar Sadat berhak menerima nobel, tutup mata atas tema nobel yang diberikan. Namun sangat disayangkan sekali, nobel sebenarnya bertemakan perdamaian. Lalu dimanakah perdamaian itu? Dimanakah perkembangan Mesir itu? Apakah dia (Anwar Sadat) di dalam kubur sana tidak menyadari bahwa ia telah membuka kran realisasi pembangunan proyek Zionis. Apakah dia tidak mengetahui bahwa intel AS dan Mossad telah menyingkirkannya dengan merapat ke gerakan Islam oposisi dengan satu langkah sederhana?

Anwar Sadat terus mengembangkan khidmatnya. Palestina dia tarik paksa ke Oslo. Oslo adalah stasiun kedua peningkatan proyek Zionis setelah Camp David. Dan yang aneh adalah Sadat sangat membenci Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina, karena Arafat kala itu menghalangi perjalanan proyek. Meskipun Arafat, sangat disayangkan sekali menjadi korban dari kepolosan dan kelalaian dari sebuah opsi yang ada, kebalikan dari Anwar Sadat.

Oleh karenanya, tanpa rasa mengkhianati nasionalisme Arafat, saya pesankan kepada bangsa Palestina bahwa tinggalkanlah Oslo. Sehingga kalian bebas dari nasionalisme yang dimanipulasi oleh Israel.

Camp David dan Oslo bagi Raja Hussein, Raja Yordania, sangatlah urgen sebagai pendahuluan akuisisi Wadi Araba. Arafat, Hussein dan Sadat harus bertanggungjawab dalam pengadilan atas kejadian yang telah menjadi pondasi ombak normalisasi ini.

Ombak pertama menghantam Mesir, di mana Kairo adalah jantung bangsa Arab. Mesir telah menyerahkan anak cucunya kepada kanker Zionis dan Israel-pun menduduki tanah air mereka, Sadat dengan Oslo-nya dan Hussein dengan Wadi Araba-nya berpihak Tel Aviv. Di tengah peristiwa ini, Hafez al-Assad adalah orang yang paling melangkah hati-hati dan menjauh dari jebakan ini.

Ombak normalisasi kedua mencakup Emirat, Bahrain, Sudan dan Maroko. Negara-negara ini tidak memiliki hubungan dengan Israel dan rezim Zionis juga tidak menjajah tanah mereka. Tetapi mereka menghadiahkan diri mereka sendiri dengan mengesahkan. Dan mereka mendapatkan upah dari normalisasi yang sangat mereka rindukan tersebut.

Yang terbaru adalah Maroko yang mendapatkan wilayah Sahara dari Amerika sebagai upah normalisasi. PBB langsung melontarkan protes, sebagaimana yang pernah diaksikan oleh Donald Trump di Golan dan Quds dengan mengangkangi peraturan Dewan Keamanan. Seakan-akan Donald Trump membagi-bagi uang, yang didapat dengan pemaksaan, ke negara-negara pelopor normalisasi.

Pasca pengesahan Israel, Maroko menegaskan bahwa negaranya ingin menciptakan perdamaian untuk Palestina dan regional. Hak Palestina tidak akan terinjak-injak. Ini adalah dusta, penipuan besar bagi bangsa Arab. Hingga saat ini petinggi masih saja membohongi rakyat…

Para pelopor normalisasi mengklaim perdamaian dan kebaikan di balik pengesahan Israel. Bagaimana mereka memaknai perdamaian? Israel mengartikan perdamaian dengan keselarasan dengan proyek-proyek impiannya. Pembangunan dan kesejahteraan Yahudi adalah menguasai seluruh Palestina dan mengubur semua bangsa Palestina. Dengan demikian Israel akan mencapai perdamaian dan para korban juga akan damai sebagai orang mati dalam kubur.

Terus terang saya kaget dengan normalisasi yang berbicara tentang perdamaian dan keuntungan Palestina. Karena secara resmi mereka menerima dan menyepakati deal of the century yang menghadiahkan al-Quds dan Masjid al-Aqsha kepada orang-orang Yahudi. Pengesahan ini mana yang berartikan perdamaian, kecuali perdamaian Israel, kepentingan dan penguatan cengkraman mereka di seluruh penjuru Palestina.

Saya telah katakan bahwa ini adalah penipuan dan penghinaan yang diklaim oleh para pelopor normalisasi bahwa Palestina-Israel bisa hidup berdampingan, sementara mereka harus memilih satu dari dua opsi. Palestina apakah milik Arab atau Israel, karena para Yahudi telah menutup pintu pembagian Palestina ke kedua pihak. Di semua opsi itu, mereka terus merongrong.

Sebagai langkah taktik, Israel menyetujui pembagian Palestina, namun itu hanyalah satu pendahuluan atas penipuan dunia dalam jalan realisasi proyek Zionisme…

Para pelopor normalisasi telah melakukan beberapa dosa politik dan Agama antara lain:

Pertama: Mereka telah menolong pembunuh dan penjarah.

Kedua: Mereka sadar dan mengetahui bahwa Israel telah mereka sahkan untuk menduduki seluruh Palestina. Mereka harus melepas kearabannya.

Ketiga: Mereka telah menyerahkan al-Quds dan Masjid al-Aqsha kepada rezim Zionis. Mereka telah menghapus al-Quds dan Masjid al-Aqsha, ini adalah fakta yang tidak diizinkan oleh Allah swt beserta Rasul-Nya saw.

Keempat: Mereka telah melanggar hukum internasional dan resolusi PBB.

Kelima: Mereka telah menentang perjanjian serta resolusi Dewan Kerjasama Arab Teluk Persia dan Uni Arab.

Keenam: Mereka telah melakukan dosa etika dan mencuri kesempatan, karena mereka telah membudak pada pemimpin-pemimpin ini dan merugikan bangsa.

Ketujuh: Tujuan utama dari pengesahan ini adalah membantu musuh umat Islam, melawan Palestina sebagai bagian dari umat ini dan menyisihkan semua untuk melawan penjajahan Israel. Mereka bertujuan menyingkirkan harapan Palestina dan mendorong mereka untuk menyerah sehingga Israel akan mencaplok semua tanah mereka.

Kedelapan: Mereka telah intervensi urusan dalam negeri Palestina dan melemahkan mereka dengan membudak pada kepentingan-kepentingan Israel. Karena mereka seharusnya bisa mengesahkan Israel tanpa harus merugikan Palestina dengan sengaja.

Kesembilan: Para pelopor normalisasi telah mengambil langkah melawan Mukawamah dan resistensi memerangi Israel. Dengan uang-uang Arab, mereka telah membantu musuh umat dan membiarkan para korban begitu saja.

Kesepuluh: Kebijakan negara-negara ini telah menyalakan lampu hijau kepada Israel dan penduduk Zionis untuk menyerang rakyat Palestina.

Kesebelas: Mereka menyalakan perang saudara Arab. Bangsa Arab telah terbelah menjadi dua, poros normalisasi dan poros penjaga identitas Arab melawan kanker Zionis. Para pelopor normalisasi, yang lama maupun yang baru, menjadi 6 negara: Mesir, Yordania, Emirat, Bahrain, Sudan dan Maroko.

Organisasi Pembebasan Palestina tidak mengambil kebijakan normalisasi, mereka hanya merasakan pengalaman pahit tentang resolusi Oslo. Mesir menjadi pemeran utama dalam pengembangan proyek normalisasi atas dasar satu kesadaran bahwa perluasan hegemoni Israel di dunia Arab akan mengakibatkan ledakan dan musibah untuk Kairo. Para pemimpin mungkin tahu perbedaan antara kebijakan untuk kepentingan rezim Zionis dan kontranya kepentingan tersebut dengan kepentingan bangsa.

Para pihak normalisasi dengan Israel mengatakan bahwa normalisasi ini adalah bentuk khidmat mereka kepada Palestina. Mereka telah menghadiahkan stabilitas dan pembangunan untuk seluruh wilayah regional. Mereka telah mengambil ridho Amerika dan kurang lebih memaksa Israel untuk bekerjasama dengan Palestina.

Jika benar pernyataan mereka ini, maka seharusnya mereka menyerahkan di hadapan Israel rancangan inovasi Arab untuk perdamaian sebagai pendahuluan normalisasi dengan Tel Aviv. Namun mereka hanya membantu Israel agar berumur panjang dan menghadiahkan kematian kepada bangsa Palestina.”

Baca juga: Mengekor Saudi, Bahrain-Emirat Juga Ingin Hadir di Meja JCPOA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *