Teheran, Purna Warta – Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyambut baik penyelesaian rancangan perjanjian damai antara Armenia dan Republik Azerbaijan, yang menegaskan kembali dukungan Teheran terhadap perdamaian dan stabilitas regional.
Dalam percakapan telepon pada hari Minggu, Presiden Iran dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan berbicara tentang hubungan antara Teheran dan Yerevan, perkembangan terbaru di Kaukasus, dan penyelesaian rancangan perjanjian damai antara Armenia dan Republik Azerbaijan.
Menyambut baik penyelesaian rancangan perjanjian damai dan memberi selamat kepada kedua negara tetangga atas terobosan tersebut, Pezeshkian mengatakan, “Iran selalu menyambut baik terciptanya perdamaian, konvergensi, dan stabilitas di kawasan, khususnya di antara negara-negara tetangga, beserta perlindungan integritas teritorial negara-negara tersebut.”
Ia juga memuji hubungan yang semakin erat antara Iran dan Armenia, dan menekankan perlunya mempercepat pelaksanaan perjanjian bilateral.
Sementara itu, Pashinyan memaparkan jalannya negosiasi yang menghasilkan rancangan perjanjian damai dengan Republik Azerbaijan dan juga menghargai peran dan dukungan Iran dalam hal ini.
Perdana Menteri menyatakan bahwa Armenia akan berupaya untuk melanjutkan konsultasi guna melaksanakan perjanjian damai dan mengatur hubungan regional. Ia berharap perjanjian tersebut dapat diselesaikan dan mulai berlaku dalam waktu dekat.
Pashinyan juga memuji upaya presiden Iran untuk menciptakan dinamisme dan perkembangan dalam hubungan bilateral, dan menyuarakan tekad Armenia untuk melaksanakan perjanjian bilateral.
Pecahnya permusuhan antara Armenia dan Azerbaijan pada akhir 1980-an memicu pengusiran massal ratusan ribu warga Azerbaijan yang sebagian besar beragama Muslim dari Armenia dan warga Armenia yang mayoritas beragama Kristen dari Azerbaijan.
Perundingan damai dimulai setelah Azerbaijan merebut kembali Karabakh dengan paksa pada September 2023, yang mendorong hampir seluruh dari 100.000 warga Armenia di wilayah itu mengungsi ke Armenia. Kedua belah pihak mengatakan ingin menandatangani perjanjian untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama, tetapi kemajuannya lambat dan hubungan tegang.
Pada bulan Januari, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menuduh Armenia menimbulkan ancaman “fasis” yang perlu dihancurkan, dalam komentar yang disebut pemimpin Armenia sebagai upaya yang mungkin untuk membenarkan konflik baru.