Tunis, Purna Warta – Polisi anti-terorisme Tunisia telah menangkap dan menahan selama satu hari Ali Laarayedh, mantan perdana menteri dan pejabat senior di partai oposisi Ennahda, atas tuduhan terorisme, kata pengacara terkait.
Dalam kasus yang sama, polisi menunda sidang pemimpin oposisi Tunisia dan ketua parlemen yang dibubarkan Rached Ghannouchi hingga tengah hari pada Selasa, setelah menunggu sekitar 14 jam.
Baca Juga : Bantu Redakan Konflik, AS Jamu Menlu Armenia dan Azerbaijan di New York
Ali Laarayedh diperkirakan akan muncul di hadapan hakim Tunisia pada Rabu (21/9), kata pengacara Mokthar Jmayi kepada Reuters.
“Kami kaget.. berkasnya benar-benar kosong dan tanpa bukti apapun”, kata Samir Dilou, pengacara lainnya.
Ennahda membantah tuduhan terorisme, menyebutnya sebagai serangan politik terhadap musuh Presiden Kais Saied.
Baca Juga : Pelosi Bereaksi Terhadap Konflik Antara Azerbaijan dan Armenia
Ghannouchi, 81, menuduh Saied melakukan kudeta anti-demokrasi sejak ia merebut sebagian besar kekuasaan musim panas lalu, menutup parlemen dan bergerak untuk memerintah dengan dekrit, sebuah kekuasaan yang sebagian besar telah ia formalkan dengan konstitusi baru yang diratifikasi dalam referendum Juli.
Tunisia telah berada dalam pergolakan krisis politik yang mendalam yang memperburuk kondisi ekonomi negara itu sejak tahun lalu, ketika Kais Saied menggulingkan pemerintah dan membubarkan parlemen.
Sementara lawan melihat tindakan Saied sebagai “kudeta terhadap konstitusi,” yang lain melihat mereka sebagai “koreksi arah revolusi 2011,” yang menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali.
Baca Juga : Helikopter Militer Myanmar Tembaki Sekolah, Anak-Anak Jadi Korban
Saied, yang pada 2019 memulai masa jabatan presiden lima tahun, menganggap tindakannya perlu untuk “menyelamatkan negara dari bahaya yang akan segera terjadi.”