Teheran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan Israel tidak mencapai satu pun tujuannya selama agresinya di Jalur Gaza, menekankan bahwa rezim tersebut terpaksa berunding dengan gerakan perlawanan Palestina Hamas.
Berbicara pada upacara penutupan konferensi berjudul “Badai Al-Aqsa dan Gaza: Realitas dan Narasi,” yang diadakan di Teheran pada hari Selasa, Araghchi menyoroti pentingnya narasi dan pembangunan narasi dalam kebijakan luar negeri.
Ia mengatakan diplomasi dan operasi lapangan bukanlah domain yang terpisah dan keduanya berfungsi secara “terpadu.”
Media memainkan peran utama dalam membentuk narasi seputar diplomasi, kata Araghchi. “Kita mungkin mencapai keberhasilan dalam diplomasi dan lapangan, tetapi jika kita gagal di ranah media, kemenangan kita akan berubah menjadi kegagalan, dan sebaliknya.”
Bidang, diplomasi, dan media harus bekerja sama dan masing-masing dari mereka memainkan peran penting, katanya.
Araghchi berkata, “Selama beberapa bulan terakhir saya berada di Kementerian Luar Negeri, tidak ada perbedaan antara upaya kami di bidang dan kegiatan diplomatik kami.”
“Diplomasi kami adalah bidang kami, dan bidang kami juga merupakan diplomasi kami. Media juga ada di pihak kami,” tambahnya.
Araghchi merujuk pada Operasi Badai Al-Aqsa oleh Palestina, dengan mengatakan bahwa Israel tidak mencapai apa pun dalam agresinya ke Gaza dan bahwa Perlawanan unggul di medan perang.
“Perlawanan adalah sebuah cita-cita dan sekolah, yang tidak dapat diberantas melalui pemboman udara atau kekerasan,” katanya, seraya menambahkan, “Senjata utama Perlawanan bukanlah senjata militer konvensional; melainkan, terletak pada pengorbanan para martirnya.”
Rezim Israel dipaksa untuk berunding dengan Hamas setelah 16 bulan genosida terhadap warga Palestina, kata Araghchi.
Ia mencatat bahwa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga ditekan untuk menyatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai penjahat perang.