Jakarta, Purna Warta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa meskipun ekonomi global menghadapi ketidakpastian akibat perang dagang yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, ekonomi Indonesia tetap tangguh.
“Perang dagang melalui kenaikan tarif diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara yang dulu adalah sekutu: Canada, Eropa, Mexico dan juga terhadap RRT, menimbulkan reaksi retaliasi dan resiprokalitas,” ujar Sri Mulyani dikutip dari Instagram resminya @smindrawati, Sabtu (15/3/2025).
Ia menekankan bahwa setiap negara harus bekerja keras dalam menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional masing-masing, termasuk Indonesia.
“Setiap negara harus bekerja keras melindungi kedaulatan dan kepentingan masing-masing – tidak terkecuali Indonesia,” tegasnya.
Di tengah meningkatnya ketegangan perang dagang, Sri Mulyani menyatakan bahwa ekonomi Indonesia tetap bertahan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 yang masih berada di atas 5%.
Selain itu, inflasi yang tetap rendah dan Neraca Pembayaran 2024 yang mencatat surplus sebesar US$ 7,2 miliar—naik 14,2% dibanding tahun sebelumnya—menjadi indikasi positif bagi perekonomian Indonesia.
“Posisi Keseimbangan tetap baik dengan surplus Neraca Perdagangan Januari 2025 naik 78% (US$ 1,5 milyar) dibanding tahun 2024 hingga mencapai US$ 3,5 miliar,” terang Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani mengakui bahwa APBN hingga Februari 2025 mengalami defisit sebesar Rp 31,2 triliun. Hal ini disebabkan oleh penerimaan negara yang masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluarannya.
Per Februari 2025, pendapatan negara baru mencapai Rp 316,9 triliun atau 10,5% dari target, sementara belanja negara dalam dua bulan pertama 2025 telah mencapai Rp 348,1 triliun atau 9,6% dari pagu anggaran.
Menurutnya, perlambatan penerimaan negara terutama disebabkan oleh moderasi harga komoditas. Namun, pemerintah terus melakukan berbagai inisiatif strategis serta perbaikan administratif untuk menjaga dan meningkatkan penerimaan negara.
Meskipun menghadapi tantangan tersebut, Sri Mulyani memastikan bahwa belanja negara tetap terjaga dengan baik.
“Belanja negara tetap on track, dengan efisiensi, namun tetap menjaga belanja bantuan sosial dan kepentingan serta kebutuhan rakyat. APBN tetap agile sebagai instrumen penting untuk menjaga kinerja ekonomi serta mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Dengan langkah-langkah strategis yang terus dilakukan, pemerintah optimistis bahwa ekonomi Indonesia tetap kuat dalam menghadapi tantangan global, sekaligus memastikan stabilitas fiskal untuk mendukung pembangunan nasional.