Jakarta, Purna Warta – Kelompok hacker Indonesia yang menamakan dirinya Tim VulzSec itu mengaku telah berhasil menembus berbagai sistem pemerintahan di Israel bersumpah untuk melanjutkan serangan siber ke Israel. Kelompok ini menargetkan kepolisian, kementerian kesehatan dan bank sentral Israel. Tim VulzSec mengatakan telah memperoleh data sensitif dari institusi Israel.
Serangan oleh peretas dari negara mayoritas Muslim terbesar di dunia ini terjadi di tengah serangkaian pelanggaran serupa yang menargetkan lembaga Israel bulan ini, yang telah diklaim oleh kelompok peretas dari negara lain, di tengah serangan oleh pasukan keamanan Israel terhadap jamaah Palestina di Masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadhan.
Kelompok hacker Indonesia, yang menamakan dirinya Tim VulzSec, mengatakan telah berhasil menembus berbagai sistem pemerintahan di Israel, termasuk kepolisian, kementerian kesehatan, lembaga transportasi serta bank sentral, dan telah memperoleh informasi sensitif dari mereka.
Beberapa data, terutama dari kementerian kesehatan, yang menurut kelompok tersebut berasal dari serangan baru-baru ini, telah dipublikasikan di halaman Facebook-nya, dengan sebagian disensor. Tel Aviv sendiri belum mengomentari serangan siber dari Indonesia.
“Di masa depan kami akan lebih fokus pada institusi lain dan mencoba untuk menembus sistem lain di Israel,” Tim VulzSec mengatakan kepada Arab News, menambahkan bahwa mereka menyensor data yang mereka bagikan dan tidak akan mengunggah informasi sensitif karena tidak ada niat buruk di baliknya.
Tim VulzSec mengatakan operasi melawan Israel diluncurkan untuk alasan kemanusiaan untuk mendukung aspirasi hak-hak rakyat Palestina dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran atas keyakinan mereka tentang kebebasan di antara umat manusia, termasuk kebebasan bagi warga Palestina dari serangan Israel.
Kampanye peretasan Indonesia dan sebelumnya oleh kelompok lain, termasuk Anonymous Sudan, tampaknya dilakukan oleh hacktivist atau mereka yang menggunakan alat internet untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka.
Bagi Ardi Sutedja, ketua dan pendiri Indonesia Cyber Security Forum, hal itu menjadi tren yang berkembang seiring dengan beralihnya perhatian masyarakat dari hal-hal fisik ke hal-hal virtual.
“Seringkali ada solidaritas yang kuat di antara orang-orang, tetapi mereka gagal memikirkan konsekuensi jangka panjang ketika mereka melakukan kegiatan seperti itu, pasti akan dilawan dengan berbagai cara,” katanya kepada Arab News, menambahkan bahwa mungkin ada serangan balik dari Israel.
“Ketika datang ke Israel, diketahui bahwa ketika mereka mengalami serangan siber, mereka akan melakukan serangan balik, dan kami tidak tahu serangan balik seperti apa yang akan mereka gunakan,” kata Sutedja.
“Ini bertentangan dengan negara yang memiliki kecanggihan (teknologi) yang bahkan kita tidak tahu batasnya.” Tambahnya.