PurnaWarta – Matahari terbenam di ufuk barat desa Zingqolweni, 16 Mei 2022. Zingqolweni dijuluki sebagai sebuah ‘Desa Kematian’ karena banyak jejak pembunuhan di sana. Dalam setahun terakhir setidaknya sudah ada 11 orang terbunuh di sana, satu bulan satu korban. (AFP/GUILLEM SARTORIO)
Di Desa Zingqolweni yang memiliki populasi 3.000 jiwa, dalam setahun terakhir terjadi pembunuhan serial di mana korban umumnya adalah lansia, tinggal sendiri, dan mayoritas perempuan. (AFP/GUILLEM SARTORIO)
Nontukunina Mbenyana (kedua dari kiri), 82, mengatakan putranya menjadi korban pertama dari gelombang pembunuhan di desa Zingqolweni tersebut.(AFP/GUILLEM SARTORIO)
Salah satu putri dari Nontukunina Mbenyana duduk tertidur di pinggir ranjang. Reportase AFP menyatakan ‘tidur’ saat malam hari adalah sesuatu yang bisa dibilang ditinggalkan warga desa Zingqolweni karena harus berjaga setelah terjadi serial pembunuhan.(AFP/GUILLEM SARTORIO)
Nontukunina Mbenyana, 82, saat menceritakan soal putranya yang menjadi korban pertama dalam pembunuhan berantai di Desa Zingqolweni dalam setahun terakhir. Dalam setahun terakhir setidaknya sudah 11 orang tewas, di mana satu bulan satu korban dan terjadi pada jam yang hampir sama.(AFP/GUILLEM SARTORIO)