Gaza, Purna Warta – Gerakan perlawanan Palestina Hamas mengatakan babak baru perundingan gencatan senjata dengan Israel telah dimulai. Kelompok perlawanan tersebut menyatakan optimisme bahwa perundingan tersebut dapat menghasilkan “kemajuan nyata” menuju tahap kedua perundingan.
Baca juga: Istri Aktivis Palestina Mahmoud Khalil Mengatakan Suaminya Berjuang untuk Rakyatnya
Pejabat senior Hamas Abdel Rahman Shadid menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di platform digital resmi gerakan tersebut pada hari Selasa, Anadolu melaporkan.
“Hamas memulai babak baru perundingan gencatan senjata hari ini,” kata Shadid, yang menekankan komitmen kelompok tersebut untuk terlibat “dengan penuh tanggung jawab dan sikap positif.”
Ia menambahkan, “Kami berharap babak ini menghasilkan langkah konkret menuju dimulainya tahap kedua perundingan, menyiapkan panggung untuk menghentikan agresi, mengamankan penarikan pendudukan (Israel) dari Gaza, dan menyelesaikan kesepakatan pertukaran tahanan.” Menurut perkiraan Israel, 59 tawanan Israel masih berada di Gaza, dengan 24 orang diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 9.500 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel, di mana laporan hak asasi manusia menunjukkan kejadian penyiksaan, perampasan hak, dan pengabaian medis, yang menyebabkan banyak kematian.
Negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar, sedang berlangsung di Doha. Ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunda langkah ke tahap kedua perjanjian Gaza.
Tahap pertama gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir dengan dukungan AS, berlangsung dari 19 Januari hingga 1 Maret 2025. Netanyahu belum melaksanakan tahap kedua, memprioritaskan pembebasan lebih banyak tawanan Israel sambil menunda komitmen untuk menghentikan operasi militer dan menarik diri dari Gaza.
Pada 8 Maret, Netanyahu mengklaim Hamas telah menolak proposal AS untuk gencatan senjata sementara selama Ramadan dan Paskah Yahudi. Sementara itu, bantuan kemanusiaan ke Gaza diblokir pada tanggal 2 Maret, yang memperburuk krisis kemanusiaan.
Baca juga: Inggris Bersikeras Tetap Memasok Suku Cadang F-35 ke Israel Meski Bantuan ke Gaza Diblokade Israel
Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 orang — sebagian besar wanita dan anak-anak — telah tewas di Gaza selama operasi militer Israel.
Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Israel Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakan militernya di daerah kantong tersebut.