Tabriz, Purna Warta – Dalam kunjungan resminya ke Provinsi Azerbaijan Timur, Presiden Republik Islam Iran Dr. Sayid Ebrahim Raisi menegaskan pemerintahannya bertekad untuk mereformasi struktur pemerintahan dan melakukan reformasi ekonomi untuk menutup jalan bagi para koruptor. Ia juga menekankan akan menghilangkan hak istimewa bagi pejabat negara yang terbukti disalagunakan untuk kepentingan pribadi.
Raisi mengatakan pada Kamis (2/6) bahwa kabinetnya telah memulai programnya dengan menindaklanjuti dua tujuan yaitu perlindungan kehidupan masyarakat di tengah pandemi virus corona dan meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat.
Di hadapan berbagai lapisan masyarakat dalam pidatonya, Raisi mengungkapkan harapan bahwa tindakan pemerintah untuk melakukan reformasi ekonomi akan berhasil memotong tangan para koruptor dan menekankan bahwa kabinetnya bertekad untuk mereformasi struktur di tubuh negara dengan menghilangkan hak-hak istimewa pejabat tertentu dalam mengontrol dan mengendalikan keuangan negara.
Salah satu reformasi antikorupsi yang dilakukan oleh pemerintahan presiden Raisi adalah pengaturan subsidi dan penghilangan mata uang preferensial; Dalam hal ini, Wakil Presiden Mohammad Mokhber mengatakan kepada Iran Press bahwa mandat itu dilakukan untuk menyeimbangkan distribusi yang adil dari subsidi di antara rakyat.
Banyak yang mengambil keuntungan dari mata uang ini tetapi tidak mengimpor barang, dan perbedaan antara harga yang ditetapkan oleh administrasi dan harga barang di pasar meningkatkan harga, yang mengarah ke korupsi.
Raisi kemudian menyoroti kemenangan medis Iran atas pandemi korona.”Pada hari pemerintahan mulai menjabat, 700 keluarga Iran setiap hari berduka, dan hari ini Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa kami telah mencapai hari tanpa kematian akibat Corona.”
Presiden mengapresiasi upaya para tenaga medis dalam memerangi pandemi virus corona.
Kementerian Kesehatan Iran mengatakan untuk pertama kalinya setelah 27 bulan, tidak ada pasien COVID 19 yang meninggal di negara itu dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah total kematian mencapai 141.318.