Mantan Kepala Garda Revolusi Iran: Respons Iran atas Pembunuhan Pemimpin Hamas akan Dihitung Secara ‘Relevan’

mohsen

Tehran, Purna Warta – Seorang mantan kepala Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran memperingatkan akan adanya respons yang sangat keras terhadap Israel, dengan menegaskan bahwa Republik Islam tersebut “pasti” akan memberikan respons yang “dihitung” terhadap pembunuhan pemimpin politik Hamas oleh rezim Israel bulan lalu di ibu kota Iran, Tehran.

Baca juga: Lebih dari 400.000 Warga Iran Gugat AS Atas Kudeta 1953

“Kami telah menyelidiki kemungkinan dampaknya. Dan kami tidak akan membiarkan [perdana menteri Israel Benjamin] Netanyahu, yang sedang terpuruk, menyelamatkan dirinya sendiri,” kata Mohsen Rezaei dalam sebuah wawancara dengan CNN pada hari Selasa (20/8).

“Iran akan mengambil tindakan pada waktu yang tepat dan di tempat yang tepat. Berdasarkan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, kami memiliki hak untuk membela diri,” tambahnya.

“Jika tidak ada respons, tindakan jahat rezim Zionis akan terus berlanjut. Oleh karena itu, (pembalasan) ini akan terjadi,” imbuh Rezaei, yang saat ini menjabat sebagai sekretaris Dewan Tertinggi untuk Koordinasi Ekonomi Kepala Cabang Pemerintahan.

Ketika ditanya tentang kualitas pembalasan tersebut, ia berkata, “Jawaban atas pertanyaan Anda akan menjadi jelas [hanya] setelah tindakan Iran.”

Ismail Haniyeh, mantan kepala Biro Politik gerakan perlawanan Palestina, dibunuh dalam operasi pembunuhan yang ditargetkan di Tehran pada tanggal 31 Juli. Ia berada di ibu kota Iran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

Rezim Israel belum mengonfirmasi atau menyangkal perannya dalam pembunuhan tersebut, tetapi Iran telah menganggapnya bertanggung jawab penuh atas kekejaman tersebut dan berjanji untuk menanggapinya dengan keras.

Mengenai dukungan AS untuk Israel

Sementara itu, Mantan Kepala Korps Garda Revolusi Iran itu mengomentari dukungan habis-habisan yang terus diberikan kepada rezim Israel oleh Amerika Serikat, dermawan terbesar Tel Aviv.

“Masalah besar yang dihadapi kawasan kita saat ini adalah bahwa AS telah memblokir semua jalur politik dan hukum yang dapat mengarah pada pengendalian rezim tersebut,” katanya.

Pejabat itu merujuk pada penggunaan hak veto AS yang hampir selalu dilakukan di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi rezim tersebut dari resolusi yang mengutuk serta ancaman berulang Washington terhadap pengadilan internasional yang berusaha meminta pertanggungjawaban Tel Aviv atas kekejamannya.

Rezaei mencatat bahwa AS mempertahankan dukungan tersebut, sementara rezim tersebut melakukan kejahatan terbesar terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza, tempat lebih dari 40.100 warga Palestina tewas akibat perang Israel pada bulan Oktober.

“Warga Gaza telah mengalami lebih banyak bom yang dijatuhkan daripada yang dikerahkan selama Perang Dunia II,” katanya.

Baca juga: Iran Desak Pembebasan 2 Warga Negara yang Ditahan di Arab Saudi

AS dibenci di Asia Barat

Ketika ditanya tentang pesan yang ingin ia sampaikan kepada Amerika Serikat mengenai dukungannya terhadap rezim tersebut, Rezaei berkata, “Kami sampaikan ini kepada warga Amerika agar mereka menjadi lebih bijak.”

“AS harus memikirkan mengapa mereka dibenci di kawasan Asia Barat? Apa akibat dari dukungannya yang tak terkendali terhadap rezim Israel?” Rezaei bertanya, menasihati AS untuk meninjau kembali kebijakan regionalnya.

Ia mengatakan pengaruh rezim Israel terhadap AS sejauh “kebijakan Amerika dirancang dan direncanakan di Tel Aviv.” “Faktanya, rezim Israel mengeluarkan perintah dan AS melaksanakannya.”

“Namun, ini tidak berarti apa-apa selain penurunan kekuatan AS,” katanya, seraya menambahkan bahwa Washington tidak dapat mendukung rezim tersebut, yang merupakan sumber utama ketegangan di kawasan tersebut, di satu sisi, dan mengklaim mengejar de-eskalasi regional di sisi lain.

Iran adalah kekuatan yang harus diperhitungkan

Di tempat lain dalam sambutannya, Rezaei menasihati Amerika Serikat untuk tidak mencoba “mengabaikan” kekuatan Iran.

Ia mengidentifikasi Republik Islam sebagai pemain yang berpengaruh dan kuat dalam terang aspek historis dan geopolitik, mengutip sejarah negara itu dalam menghadapi invasi mantan diktator Irak Saddam Hussein dan konfrontasinya yang berhasil melawan terorisme di seluruh kawasan.

“AS seharusnya tidak menentang peran Iran sebagai kontributor perdamaian dan keamanan regional,” kata Rezaei.

Baca juga: Iran Bersimpati kepada Pakistan atas Meninggalnya Peziarah dalam Kecelakaan Bus

Sementara itu, ia meremehkan kemampuan AS untuk membuka front baru melawan Republik Islam, mengingat kekuatan Washington telah memburuk seiring waktu dan mengutip keterlibatan Amerika sebelumnya di berbagai front di seluruh dunia.

“AS sangat rentan terhadap Iran. Para komandan militer AS menyadari kemampuan Iran. Oleh karena itu, mereka akan menghindari mengambil tindakan terhadap Iran,” kata pejabat itu.

Namun, ia memperingatkan bahwa Republik Islam tetap siap untuk menanggapi setiap kemungkinan pelanggaran dengan cara yang sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *