Tel Aviv, Purnawarta – Mantan juru bicara parlemen Israel (Knesset), Yuli Edelstein pada Senin (11/10) malam menyatakan bahwa dirinya akan maju menantang mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk mengepalai partai Likud. Edelstein berharap dapat mendesak adanya voting untuk memilih ketua umum baru intra partainya dalam beberapa bulan mendatang.
Pernyataan tersebut tak pelak menuai respon dari Netanyahu. “Likud adalah partai yang demokratis,” ujarnya santai. Netanyahu telah mengepalai partai Likud selama bertahun-tahun sejak tahun 2005 silam. Dalam voting terakhir yang digelar kurang dari dua tahun yang lalu, Netanyahu kembali meraih suara terbanyak sebesar 72,5 persen.
Selain itu, Netanyahu juga orang yang menjabat sebagai Perdana Menteri Israel dengan masa jabatan terpanjang. Karir Netanyahu sebagai orang nomor satu di Israel kandas setelah terbentuknya pemerintahan koalisi oposisi yang dipimpin oleh Naftali Bennett dan Yair Lapid setelah 12 tahun bercokol di kursi perdana menteri.
Edelstein lahir di Ukraina (saat itu masih Uni Soviet) pada tahun 1958. Ia datang ke Israel saat berusia 29 tahun dan menjadi anggota parlemen selama 25 tahun. Mulanya, ia berada di partai Yisrael B’Aliyah yang beranggotakan imigran Rusia. Partai tersebut kemudian melebur dengan Likud pada tahun 2003.
Selain pernah menjabat sebagai jubir Knesset (sejak 2013 hingga 2020), Edelstein pernah menjabat sebagi Menteri Penerimaan Imigran (1996-1999) dan Menteri Informasi dan Urusan Diaspora (2009-2013). Saat ini ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
Meski rival dengan Netanyahu, ia tetap sepakat bahwa pemerintahan Naftali Bennett berbahaya bagi Israel. Ia menganggap bahwa sangat aneh bagi Likud yang notabene sebagai partai yang paling besar namun gagal memimpin pemerintahan sampai 4 kali (merujuk 4 kali pemilihan umum Israel akibat deadlock). Karenanya, ia berpendapat bahwa era Netanyahu harus diakhiri dan Likud harus ‘menemukan jati dirinya’.