Irak Peringatkan Kebangkitan Daesh saat Senjata Suriah Jatuh ke Tangan Militan

Bagdad, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein memperingatkan bahwa Daesh (ISIL atau ISIS) sedang melakukan reorganisasi setelah memperoleh senjata Suriah yang terbengkalai, memperingatkan risiko keamanan regional dan menyerukan dukungan internasional selama panggilan telepon dengan Menteri Inggris Hamish Falconer.

Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein, berbicara pada hari Kamis, mengungkapkan bahwa ISIS mendapatkan kembali kekuatan dengan menyita senjata yang tertinggal setelah runtuhnya tentara Suriah dan depot-depotnya yang terbengkalai. Hal ini, katanya, telah memungkinkan kelompok teror tersebut untuk memperluas kendali teritorialnya.

Hussein menyampaikan peringatan tersebut selama percakapan telepon dengan Hamish Falconer, Menteri Negara Inggris untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, menurut Pernyataan Kementerian Luar Negeri Irak.

Ia menyuarakan kekhawatirannya mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh militan ISIS yang melarikan diri dari penjara dan memburuknya kondisi di Kamp Al-Hol, Suriah. “Situasi yang memburuk dapat berdampak langsung pada keamanan di Suriah dan Irak,” kata Hussein.

Menteri tersebut menekankan perlunya membangun kembali proses politik Suriah dengan memastikan representasi semua komponen masyarakat.

Ia juga menyerukan bantuan internasional yang berkelanjutan untuk meringankan penderitaan rakyat Suriah.

Menteri Inggris Falconer, pada gilirannya, menyatakan persetujuannya atas hasil terkini dari pertemuan Aqaba, yang diikuti oleh Inggris.

Ia menggarisbawahi pentingnya melanjutkan pertemuan ini untuk memantau perkembangan dan menstabilkan situasi di Suriah.

Falconer menyuarakan keprihatinannya atas meningkatnya risiko konflik bersenjata antara berbagai faksi dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

“Situasi di Suriah tidak dapat menahan lebih banyak pertempuran internal,” tegas Falconer.

Suriah telah menghadapi lebih dari satu dekade perang atau teror sejak 2011, yang ditandai oleh konflik antara pasukan pro-Assad, pasukan oposisi yang didukung asing, dan kelompok ekstremis seperti ISIS.

Setelah jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024, Suriah telah mengalami pergolakan yang signifikan. Kekosongan kekuasaan telah memungkinkan kelompok ekstremis seperti ISIS untuk berkumpul kembali dengan merebut gudang persenjataan militer yang terbengkalai, sehingga menimbulkan ancaman keamanan baru di kawasan tersebut.

Rezim Israel telah memperburuk kekacauan Suriah dengan meluncurkan lebih dari 350 serangan udara yang telah menghancurkan infrastruktur militer penting, termasuk sistem antipesawat, lapangan udara militer, dan fasilitas produksi senjata.

Kampanye tanpa henti ini telah sangat merusak kemampuan pertahanan Suriah, memperparah tantangan yang dihadapi oleh pemerintahan transisi yang baru dibentuk di bawah Perdana Menteri Mohammed al-Bashir, yang sekarang bergulat dengan tugas berat untuk memulihkan stabilitas, membangun kembali kerangka pertahanan yang hancur, dan mengatasi krisis kemanusiaan yang mengerikan di tengah meningkatnya ketegangan regional dan ancaman keamanan yang terus-menerus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *