Jakarta, Purna Warta – Dalam rangka mengenang wafatnya Imam Khomeini, Islamic Cultural Center (ICC) menggelar 33 Tahun Haul Imam Khomeini di Aula Gedung ICC Jakarta pada Jumat (3/6). Acara yang bertajuk “Imam Khomeini dan Dunia Kontemporer” tersebut menghadirkan Duta Besar Iran untuk Indonesia Dr. M. Khouz Heykal Azad dan Ketua Dewan Syura IJABI, KH Miftah F Rakhmat sebagai pembicara.
Dalam penyampaiannya, Dr. M. Khouz Heykal Azad berkata, “Imam Khomeini adalah seorang hamba Allah, yang taat dan bertawakkal kepada Allah yang Maha Kuasa sehingga melihat kekuatan lain sebagai hal yang kecil yang tidak perlu dikhawatirkan. Salah satu bentuk karakteristik terbesar Imam Khomeini adalah hidupnya yang sederhana. Kesederhanaan ini membuatnya dapat berdiri tanpa rasa takut melawan kekuatan yang batil pada saat itu.”
“Imam Khomeini rahmatullah ‘alaihi adalah seorang ahli filsafat, ahli irfan dan ahli politik. Dalam pandangannya, dengan mempertimbangkan filsafat politik, etika politik dan yurispendensi politik, beliau berpandangan bahwa keberadaan pada jalan kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai dengan berpegangan pada prinsip dasar yaitu akal, kebijaksanaan, kebebasan identitas dan kemerdekaan, keadilan, spritualitas dan persaudaraan.” Tambah Duta Besar Iran untuk Indonesia ini.
“Beberapa negara telah melakukan kesalahan dalam perhitungan strategis. Negara-negara ini yang seharusnya menuju keseimbangan kekuatan justru terperangkap dalam keseimbangan ancaman, yang dirancang oleh rezim Zionis. Mereka ditakut-takuti dengan menyebut Iran sebagai musuh dunia Islam, padahal disaat yang sama Republik Islam Iran selalu menyerukan upaya bersama dari seluruh kekuatan di Timur Tengah untuk keamanan kolektif dan penciptaan wilayah yang kuat melawan rezim Zionis. Apalagi rezim ini sedang bermasalah secara internal dan sedang berada dalam posisi yang lemah.” Jelasnya.
Pada bagian lain penyampaiannya, politisi Iran yang fasih berbahasa Indonesia ini berkata, “Dalam kaitannya dengan Palestina, sampai sekarang Republik Islam Iran tetap tidak mengakui rezim Zionis Israel sebab melihat rezim ini sebagai sumber ketidak amanan di wilayah Timur Tengah. Iran menolak usulan dua negara yang tidak pernah mencapai hasil sejak 74 tahun yang lalu. Republik Islam Iran memiliki terobosan yang jelas, yang didasari pada penyelenggaraan referendum di seluruh wilayah Palestina yang diikuti oleh para pengikut berbagai agama, Yahudi, Kristen dan islam. Melalui solusi yang demokratis ini maka akan terbentuk pemerintahan yang merupakan pilihan sendiri rakyat Palestina.”
“Iran mengutuk keras kelanjutan apartheid dengan membunuh dan menyiksa serta menyembunyikan ratusan bom nuklir di Palestina oleh rezim Zionis. Serta upaya untuk menormalkan hubungan dengan berbagai alasan. Iran selalu menyerukan penolakan terhadap berbagai bentuk penjajahan dan selalu menekankan kembalinya Palestina kepada pemilik aslinya. Seharusnya kekuatan Barat tidak pernah menentukan nasib rakyat Palestina sepanjang sejarah.” Tegasnya.
Sementara sebagai pembicara kedua, KH. Miftah F Rakhmat pada penyampaiannya mengawali dengan menceritakan pengalaman pribadi ketika mengikuti haul pertama Imam Khomeini di Jakarta pada tahun 1990. Ia berkata, “Peristwa haul Imam Khomeni bagi para pecintanya di Indonesia memiliki makna tersendiri. 32 tahun yang lalu, telah dimulai tradisi mengadakan haul Imam Khomeini oleh pecintanya di Indonesia dan itu terus berlangsung sampai sekarang, sebagai bukti kecintaan kepada Imam Khomeini tidak pernah padam. Bagaimana kami dikenalkan pada sosok yang kemudian mengantarkan kita kepada kecintaan al-Maksumin.”
Menurutnya melalui sosok Imam Khomeini, keluarganya dan banyak dari pengikut Ahlulbait as saat ini di Indonesia mengenal mazhab Ahlulbait melalui perantaraan Imam Khomeini. “Saudara-saudara bisa membanyangkan betapa terhormatnya saya berdiri di majelis ini, karena seluruh sejarah yang bertautan itu. Bagaimana kita diperkenalkan kepada kecintaan Ahlulbait as, wasilahnya adalah Imam Khomeini rahimahullah. Bagaimana dikenalkan kepada Imam Zaman afs, wasilahnya adalah Imam Khomeini rahimahullah. Kesederhanaan itu, ketulusan itu yang mengguncangkan dunia.” Jelas Ketua Dewan Syura IJABI ini.
Dari pengalamannya mengunjungi Iran berkali-kali, penulis buku “Kidung Angklung di Tanah Persia “ ini berkesempatan mendapatkan informasi langsung dari orang-orang terdekat Imam Khomeini mengenai kepribadian, akhlak dan keseharian Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran itu. Ia berkata, “Membincangkan Imam Khomeini adalah samudra akhlak yang tiada terkira. Istrinya pernah berkata, bahwa selama 62 tahun hidup bersama Imam tidak sekalipun ia mengucapkan kata ghibah. Imam Khomeini juga sangat detail untuk tidak membiarkan sesuatu terbuang sia-sia sebagaimana misalnya ia hanya menggunakan cahaya lampu jika dia butuhkan. Lampu ruangan hanya akan dinyalakan jika dia butuhkan dan akan mematikan jika keluar ruangan.”
“Begitupun dengan perhatiannya yang besar pada salat. Imam Khomeini sangat memperhatikan waktu-waktunya dan lebih mengutamakan salat jika telah masuk waktunya. Imam Khomeini pernah membuat menunggu tamu penting negara, karena dia harus salat terlebih dahulu.” Ungkapnya.
Menyinggung kemenangan Revolusi Islam Iran, KH. Miftah F Rakhmat berkata, “Kita semua percaya, bahwa hadiah teramat indah, karunia teramat besar, yang tersampaikan kepada kita adalah kemenangan Revolusi Islam Iran. Dalam bahasa Imam Khomeini, kemenangan Revolusi Islam Iran itu adalah ledakan pijar cahaya yang menyebar ke semesta. Cahaya kecintaan pada keluarga Nabi, cahaya kerinduan pada wajah kasih Mustafa Imam Zaman afs, bagi kebanyakan diantara kita wasilahnya adalah Imam Khomeini.”
“Kalaulah agama itu berada di puncak bintang Tsurayya, akan sampai kepadanya seorang laki-laki dari tanah Persia. Ini nubuwah Nabi Muhammad saw yang terdapat dalam Sahih Muslim. Apakah yang dimaksud adalah Imam Khomeini, mungkin iya, mungkin tidak, tapi kita melihat bagaimana ledakan cahaya itu memberikan kepada kita kehangatan kecintaan kepada keluarga Nabi.” Tambahnya.
Terkait Imam Khomeini dan pembelaannya pada Palestina, cendekiawan muslim ini berkata, “Diantara tonggak Imam Khomeini dalam membela Palestina adalah penetapan Hari Al-Quds Internasional dalam situasi 8 bulan pasca kemenangan Revolusi Islam Iran. Jadi hitung-hitungan politik bagi negara yang baru berdiri dengan sistem pemerintahan yang baru, keputusan tersebut tidak menguntungkan bagi Iran sendiri. Bahkan dalam situasi perang saat menghadapi Irak sekalipun, Iran tidak berhenti menunjukkan pembelaannya pada Palestina.”
“Bagi Imam Khomeini, Palestina adalah prinsip yang tidak dapat ditawar. Sebagaimana manifestasi dari ayat 29 dari surah al-Fath, “bersikap keras pada orang-orang kafir”. Kepada kuffar, harus tegas, menarik batas jelas dari setiap bentuk kekufuran. Orang-orang kafir bukan orang non muslim, tapi segala bentuk kekufuran, kezaliman dan kesewenang-wenangan.” Jelasnya.
Acara yang dimulai pukul. 19.30 WIB tersebut dihadiri kurang lebih 100 peserta. Di penghujung acara, doa bersama dipimpin oleh Direktur ICC Jakarta, Hujjatul Islam wa Muslimin Syaikh Hakim Ilahi. Turut hadir dalam acara, Ustad Syamsuddin Baharuddin, Ketua PP Tanfidziah IJABI. Acara Haul 33 Tahun Imam Khomeini ini dapat disaksikan ulang di Chanel Youtube ICC Jakarta TV.