Sana’a, Purna Warta – Perdana Menteri Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman mengatakan bahwa uang Emirat-Saudi membuat sebagian besar dunia ini bertekuk lutut, tetapi tidak dapat membuat Sana’a bertekuk lutut.
Abdul Aziz Saleh bin Habtour, Perdana Menteri Pemerintah Keselamatan Nasional Yaman, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa bangsa Yaman telah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk mempertahankan negara itu selama delapan tahun.
Baca Juga : Perjanjian antara Pasukan Kurdi dan Tentara Suriah
Menurut laporan 26 Sep Net, Perdana Menteri Yaman menambahkan bahwa tidak ada negara lain yang berpikir bahwa negara Yaman, dengan sumber daya yang sedikit dan tidak signifikan ini, dapat melawan koalisi agresor bersenjata lengkap dengan semua sumber daya yang disediakan oleh UEA dan Arab Saudi.
Bin Habtour melanjutkan bahwa uang Emirat-Saudi yang membuat sebagian besar dunia ini bertekuk lutut tidak mampu membuat Sana’a bertekuk lutut, yang telah melawan dan berdiri dengan bangga di tahun kedelapan agresi (terhadap rakyat Yaman).
Dia kemudian berbicara tentang pertemuan minggu ini di Jeddah dan mengatakan bahwa aneh bahwa masalah gencatan senjata Yaman dan perpanjangannya sedang dibahas oleh agresor dan pendukung mereka, sementara fakta menekankan bahwa jika ada orang yang mencari gencatan senjata atau perdamaian, mereka harus mencarinya di Sana’a.
Ben Habtour menambahkan: Kami bangga menjadi bagian dari perlawanan dan tidak mengakui rezim pendudukan Israel.
Baca Juga : Skandal Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk Al-Mahrah
Di sisi lain, Mohammed Abdul Salam, juru bicara Ansarullah, mengatakan pada Selasa malam (19/7) bahwa koalisi Saudi tidak sepenuhnya menerapkan gencatan senjata dan menggunakan isu pembukaan kembali rute sebagai propaganda.
Dengan menyatakan bahwa operasi militer ekstensif telah berhenti setelah gencatan senjata, tetapi penerbangan mata-mata dan serangan udara terus berlanjut, Abdul Salam menjelaskan bahwa serangan ini merupakan pelanggaran terhadap gencatan senjata dan koalisi agresor Saudi mencegah impor bahan bakar ke Sana’a.