Al-Quds, Purna Warta – Sebuah keluarga Palestina selamat dari insiden di mana pemukim Israel membakar rumah mereka di Tepi Barat yang diduduki.
Laporan media Palestina mengatakan sekelompok pemukim melemparkan bom molotov ke rumah Ahmed Awashreh di kota Sinjil, utara Ramallah, pada Minggu pagi (26/3).
Awashreh mengatakan dia terbangun oleh suara jendela yang pecah dan berhasil mengeluarkan keempat anak dan istrinya sebelum api menyebar. “Itu sangat dekat. Saya senang telah menyelamatkan keluarga saya.”
Seorang penduduk Sinjil mengatakan kepada media bahwa dia melihat mobil di dekatnya yang penumpangnya dia kenali sebagai pemukim Yahudi beberapa menit sebelum kejadian.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam serangan pembakaran itu dan menyalahkan insiden itu pada “elemen teroris.”
Pemukim Israel melakukan serangan pembakaran dan melukis grafiti di properti Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem al-Quds di bawah slogan “label harga”. Serangan label harga adalah tindakan vandalisme yang menargetkan warga Palestina dan properti mereka serta tempat suci umat Islam.
Pada tahun 2018, Pengadilan Tinggi Israel menguatkan keputusan untuk membebaskan tersangka dan menempatkannya di bawah tahanan rumah sehubungan dengan serangan pembakaran tahun 2015 yang merenggut nyawa pasangan Palestina dan bayi laki-laki mereka.
Dalam insiden terpisah pada hari Sabtu, dua tentara Israel terluka, kata militer, dalam penembakan yang diklaim oleh Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PLFP), sebuah kelompok perlawanan Palestina di kota Huwara di Tepi Barat
Huwara telah menjadi fokus serangan oleh militer dan pemukim Israel dalam beberapa pekan terakhir.
Pada akhir Februari, ratusan pemukim bersenjata Israel menyerang Huwara dan desa-desa terdekat serta membakar puluhan rumah dan mobil. Mereka marah atas pembunuhan dua bersaudara Israel oleh seorang pria bersenjata Palestina di kota itu. Satu warga Palestina tewas dan sedikitnya 390 terluka. Kelompok hak asasi Israel Peace Now dan B’Tselem menggambarkan insiden itu sebagai “pogrom” pemukim yang didukung oleh rezim pendudukan.
Warga Palestina semakin menjadi sasaran sejak akhir Desember 2022, ketika Benjamin Netanyahu kembali berkuasa sebagai perdana menteri dari kabinet paling kanan rezim tersebut.
Selama setahun terakhir, pasukan Israel telah melakukan ribuan penangkapan di Tepi Barat dan membunuh lebih dari 250 warga Palestina, termasuk pejuang perlawanan dan warga sipil.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh telah menyerukan “intervensi internasional” terhadap kejahatan Israel.