Israel Dorong Pakta Bantuan Militer 20 Tahun Dengan AS

Israel As

Al-Quds, Purna Warta – Israel dilaporkan tengah mendorong tercapainya sebuah perjanjian bantuan militer selama 20 tahun dengan Amerika Serikat, yang akan menggandakan durasi standar kerja sama bilateral semacam itu, menurut pejabat Israel dan Amerika Serikat.

Usulan Israel, yang diungkap dalam pembahasan awal baru-baru ini, bertujuan mengamankan sedikitnya USD 4 miliar bantuan militer per tahun, meskipun terdapat kemungkinan pemotongan besar terhadap bantuan luar negeri AS secara umum, demikian dilaporkan Axios.

Inisiatif ini muncul seiring berakhirnya Memorandum of Understanding (MOU) 10 tahun yang ditandatangani pada 2016 pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama, senilai USD 38 miliar hingga 2028.

Rezim Israel berharap dapat merampungkan kesepakatan baru tersebut dalam satu tahun mendatang. Namun, proses negosiasi menghadapi skeptisisme dari para pendukung kebijakan “America First” Presiden Donald Trump mengenai pengeluaran luar negeri, serta kekhawatiran lintas partai atas perang genosida Israel di Gaza dan Lebanon.

Sejak dimulainya perang Israel terhadap rakyat Gaza pada 7 Oktober 2023, dukungan Amerika Serikat terhadap Israel meningkat secara signifikan.

Laporan yang dirilis pada 7 Oktober oleh Costs of War Project di Watson Institute, Brown University, merinci bagaimana Departemen Luar Negeri AS dan Departemen Perang—nama baru Departemen Pertahanan—di bawah pemerintahan Biden dan Trump secara kolektif telah menyalurkan sedikitnya USD 21,7 miliar untuk mendukung genosida Israel di Gaza.

Menurut studi tersebut, Amerika Serikat memasok USD 17,9 miliar pada tahun pertama genosida, pada masa pemerintahan Joe Biden, dan USD 3,8 miliar pada tahun kedua.

Sebagian besar bantuan telah disalurkan, sementara sisanya akan dikirimkan dalam beberapa tahun mendatang, tambah laporan itu. Studi tersebut juga mencatat bahwa Washington diperkirakan akan mengucurkan puluhan miliar dolar pendanaan tambahan melalui berbagai kesepakatan bilateral di masa depan.

Analisis lain yang diterbitkan oleh Costs of War Project menyatakan bahwa Amerika Serikat telah menghabiskan sekitar USD 9,65–12,07 miliar untuk operasi militer di Asia Barat selama dua tahun terakhir.

Sejak Trump menjabat pada Januari 2025, Kongres telah menerima pemberitahuan mengenai tambahan USD 10,1 miliar penjualan senjata, sehingga jumlah kasus Foreign Military Sales (FMS) aktif mencapai 751, dengan total nilai USD 39,2 miliar per April 2025.

MOU historis mencerminkan semakin menguatnya aliansi AS–Israel: perjanjian 1998 senilai USD 21,3 miliar meningkat menjadi USD 32 miliar pada 2008, dan USD 38 miliar pada 2016.

Israel, sebagai penerima bantuan luar negeri terbesar dari AS, telah menggunakan dana tersebut untuk melancarkan perang agresi di kawasan Asia Barat, memperoleh sistem persenjataan canggih seperti jet F-35 dan amunisi berpemandu presisi. Persetujuan terbaru mencakup kesepakatan USD 18,8 miliar untuk jet F-15, dengan pengiriman mulai 2029.

Pengeluaran AS di kawasan—termasuk serangan terhadap Yaman pada Maret dan Mei 2025 serta serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni—diperkirakan menelan biaya antara USD 9,65–12 miliar sejak 7 Oktober 2023, termasuk USD 2–2,25 miliar untuk operasi terhadap Iran.

Sejak Israel melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza yang terkepung, hampir 70.000 warga Palestina terbunuh. Sementara itu, dalam perang 12 hari melawan Iran pada Juni lalu, rezim tersebut membunuh sedikitnya 1.604 orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *