Gaza, Purna Warta – Kepala biro politik Hamas mengatakan Israel telah gagal mencapai tujuannya setelah hampir 100 hari melakukan perang genosida di Jalur Gaza, dan menekankan bahwa rezim pendudukan hanya mengekspos sifatnya yang “haus darah dan membunuh” kepada seluruh dunia setelah melakukan segala macam pembantaian di wilayah yang terkepung.
Ismail Haniyeh menyampaikan pernyataan tersebut pada konferensi Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional di ibu kota Qatar, Doha pada hari Selasa, dan menyatakan bahwa “keteguhan” penduduk Gaza telah menghalangi Israel untuk mencapai tujuannya.
Baca Juga : Kelompok HAM AS: Tragedi Gaza, Noda dalam Sejarah Umat Manusia
“Tujuan perang di Gaza yang diumumkan adalah untuk melenyapkan Gerakan Hamas, mengembalikan tawanan mereka dan melaksanakan rencana pengungsian,” kata Haniyeh.
“Saya beritahu Anda bahwa musuh, meskipun terjadi kehancuran dan pembantaian, telah gagal mencapai tujuan perang apa pun,” tambahnya.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) juga menyuarakan kecaman dari organisasi hak asasi manusia Israel B’Tselem atas “kebijakan yang diumumkan” Israel mengenai kelaparan di Gaza. Pemimpin Hamas lebih lanjut menekankan bahwa gerakan perlawanan tidak dapat dihilangkan karena gerakan perlawanan ini ada di seluruh tanah air dan luar negeri serta dalam hati nurani umat Islam dan orang-orang bebas di dunia.
Haniyeh melanjutkan dengan mengatakan bahwa setelah sekitar 100 hari, rezim Israel gagal membebaskan satu pun tawanan dari Gaza, dan menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk mengembalikan para tawanan Israel ke rumah mereka hidup-hidup adalah dengan membebaskan semua tahanan Palestina.
Ia juga memuji front perlawanan di Gaza sebagai kelompok yang “kuat, kohesif dan menjanjikan,” seraya menegaskan bahwa mereka dapat melakukan perjuangan panjang melawan pendudukan.
Baca Juga : Sayyid Khamenei: Negara Binaan AS dan Israel Dilumpuhkan oleh Perlawanan Warga Palestina di Gaza
Pemimpin Hamas lebih lanjut mengecam agresi brutal Israel yang “berbahaya dan masif” di Tepi Barat yang diduduki, dan menegaskan bahwa 350 warga Palestina telah terbunuh di sana sejak Operasi “Banjir Al-Aqsa” dimulai pada awal Oktober.
Rezim Israel mengobarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan Operasi Kejutan Badai Al-Aqsa terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan atas kekejaman rezim Israel terhadap warga Palestina. Kampanye militer yang tiada henti telah menewaskan lebih dari 23.084 orang, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan. Setidaknya 58.926 warga Palestina juga terluka.