Kolombo, Purna Warta – Penjabat presiden Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengumumkan keadaan darurat pada tanggal 17 Juli 2022, ketika pemerintahnya berusaha memadamkan kerusuhan sosial dan menangani krisis ekonomi yang melanda negara itu.
Parlemen Srilanka pada hari Rabu (27/7) menyetujui peraturan darurat, yang memungkinkan militer diberikan kekuasaan untuk menahan orang, membatasi pertemuan publik, dan menggeledah properti pribadi. Keputusan harus disetujui setiap bulannya.
Baca Juga : Pasukan Israel Hancurkan Enam Rumah Palestina di Tepi Barat Yang Diduduki
Polisi mengatakan dalam pernyataan terpisah pada hari Rabu bahwa mereka telah menangkap dua aktivis, bernama Kusal Sandaruwan dan Weranga Pushpika atas tuduhan pertemuan yang melanggar hukum. Penangkapan itu terjadi sehari setelah pemimpin mahasiswa Dhaniz Ali ditahan dan ditarik keluar dari pesawat ketika mencoba berangkat ke Dubai di bandara utama negara itu.
Ali dituduh memasuki stasiun televisi pemerintah selama demonstrasi besar-besaran pada 9 Juli, dan memerintahkan karyawan untuk menyiarkan program yang mendukung protes, serta menyebabkan gangguan singkat dalam transmisi.
Polisi mengatakan ada surat perintah penangkapannya sehubungan dengan kasus pengadilan tinggi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Polisi juga telah merilis foto-foto 14 tersangka yang dicari sehubungan dengan serangan pembakaran di rumah Wickremesinghe pada hari yang sama dengan penyitaan kantor dan kediaman presiden.
Negara Asia Selatan, rumah bagi 22 juta orang, sedang berjuang untuk lepas dari krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaannya pada tahun 1948 di tengah kekurangan devisa yang parah yang membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Baca Juga : MintPress News: Demokrasi di Britania Raya adalah Fiksi
Warga Srilanka telah melakukan aksi unjuk rasa selama berbulan-bulan, menuntut pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa, dan meminta dia beserta anggota keluarganya yang berkuasa bertanggung jawab atas krisis ekonomi negara itu. Protes massal akhirnya memaksa Rajapaksa meninggalkan negara itu, dan terbang ke Maladewa lalu dilanjutkan ke Singapura pada 13 Juli. Pihaknya telah mengajukan pengunduran dirinya dalam sebuah surat yang dikirim melalui email ke parlemen.
Wickremesinghe, sekutu Rajapaksa, dinominasikan oleh partai yang berkuasa untuk menjadi presiden berikutnya dan sejak itu ia menjabat sebagai penjabat presiden. Para pengunjuk rasa juga ingin dia pergi, dengan mengatakan dia telah mendominasi politik Srilanka selama hampir dua dekade terakhir.