Tepi Barat di Ambang Ledakan: Dua Operasi Beruntun dan Empat Skenario Masa Depan

Bakhtriar

Sejak pertengahan Januari lalu, bersamaan dengan gencatan senjata sebelumnya di Jalur Gaza, rezim Israel melancarkan gelombang besar serangan terhadap Tepi Barat, khususnya wilayah utara dan kamp pengungsian di kawasan tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, dan sementara hampir dua bulan telah berlalu sejak gencatan senjata terbaru di Gaza, Israel melakukan operasi militer besar-besaran di Provinsi Tubas, utara Tepi Barat.

Di Balik Eskalasi Agresi Israel ke Tepi Barat di Tengah Gencatan Senjata Rapuh di Gaza

Israel mengklaim bahwa operasi besar-besaran tersebut bertujuan mengejar para pejuang bersenjata yang terlibat dalam operasi anti-Israel. Namun, bukti di lapangan menunjukkan bahwa tujuan utama adalah menjalankan proyek aneksasi, pengusiran warga Palestina, perluasan permukiman, dan secara keseluruhan menghapus identitas Palestina di Tepi Barat.

Sejak penyerbuan besar ke Tubas pada Rabu pekan lalu, pasukan pendudukan melancarkan serangan brutal ke berbagai kawasan provinsi tersebut dan wilayah lain. Ratusan warga terluka dan beberapa warga Palestina — mayoritas anak-anak dan remaja — syahid dalam serangan tersebut.

Selain itu, ratusan warga juga ditangkap dan disiksa. Serangan para pemukim Israel yang dilindungi tentara pendudukan terus berlangsung terhadap warga dan properti Palestina di berbagai wilayah Tepi Barat, termasuk penghancuran sejumlah besar ladang serta kebun zaitun.

Ledakan Kemarahan Publik di Tepi Barat / Kembalinya Operasi Perlawanan

Dalam kondisi ini, Tepi Barat tidak lagi sekadar wilayah dengan ketenangan relatif di sela-sela agresi Israel di Gaza. Kawasan tersebut kini berubah menjadi lingkungan yang penuh tanda-tanda ledakan besar. Serangan Israel yang terus meningkat membuat desa dan kota Palestina setiap hari berada dalam ancaman penyerbuan militer, penangkapan massal, dan kekerasan sistematis.

Sementara itu, Otoritas Palestina di bawah Mahmoud Abbas, yang bertugas mengelola urusan rakyat Palestina di Tepi Barat, semakin lemah dan kehilangan kemampuan dalam mengelola urusan keamanan dan politik, selain terus melanjutkan koordinasi keamanan dengan Israel untuk menekan rakyatnya sendiri.

Situasi ini menciptakan kondisi sempurna bagi meningkatnya perlawanan rakyat dan ledakan kemarahan anti-pendudukan. Tekanan militer Israel di Tepi Barat tidak hanya gagal menekan perlawanan, tetapi justru memperluasnya — termasuk mendorong warga Palestina yang tidak terafiliasi dengan kelompok perlawanan untuk melakukan operasi mandiri.

Akibatnya, setiap konfrontasi di lapangan dan setiap agresi Israel di Tepi Barat, Gaza, atau kawasan Palestina lainnya dapat menjadi pemicu meningkatnya perlawanan.

Dua Operasi Anti-Israel Terbaru

Dalam rentang waktu dari tadi malam hingga pagi ini, dua operasi anti-pendudukan terjadi di Tepi Barat yang menyebabkan tiga tentara Israel terluka.

Tadi malam, sebuah operasi tabrak menggunakan mobil di dekat permukiman Kiryat Arba, selatan Tepi Barat, melukai seorang tentara wanita Israel. Tentara menyatakan operasi terjadi di Persimpangan Yehuda, wilayah al-Khalil.

Setelah operasi tersebut, pasukan Israel menyerbu Kota al-Khalil dan mengepung beberapa rumah sakit, termasuk Al-Ahli, Al-Mizan, Al-Muhtasib, dan Bulan Sabit Merah.

Pagi ini, menurut Channel 12 Israel, pasukan Batalyon 202 membunuh pelaku operasi itu. Kementerian Kesehatan Palestina kemudian mengumumkan syahidnya Muhannad al-Zughair, remaja 17 tahun yang ditembak di al-Khalil pada fajar hari ini.

Di lokasi lain, media Palestina melaporkan operasi penusukan di permukiman Atiret, utara Ramallah, yang melukai dua pemukim. Pelaku—yang disebut bernama Muhammad Asmar, 18 tahun, dari Beit Rima—syahid dalam operasi tersebut.

Channel 15 Israel melaporkan bahwa dua tentara yang terluka adalah anggota Brigade Lintas Udara.

Pemuda Palestina Memimpin Gelombang Baru Perlawanan

Operasi-operasi ini, yang dilakukan oleh pemuda di bawah usia 20 tahun, menunjukkan tekad generasi baru Palestina dalam mempertahankan perlawanan bersenjata—sebuah fenomena yang sangat mengkhawatirkan Israel.

Mengapa Tepi Barat Berada di Ambang Ledakan?

Di luar dimensi operasi-operasi tersebut, kondisi Tepi Barat menunjukkan bahwa:

  • Perlawanan semakin berkembang.
  • Kemarahan publik yang ditekan sedang mencapai titik puncak.
  • Ada kekosongan politik dan keamanan akibat kelemahan Otoritas Palestina.
  • Agresi militer Israel yang brutal semakin intensif.

Semua faktor ini mengarah pada perubahan strategis yang menempatkan Israel dalam posisi rentan dan menjadikan setiap konfrontasi sebagai titik balik signifikan dalam perlawanan Palestina.

Tujuan Israel dalam Meningkatkan Serangan ke Tepi Barat

Menurut analisis lapangan, Israel berusaha mentransfer strategi “kontrol keamanan” dari Gaza ke Tepi Barat. Tujuan Israel mencakup:

  • Menghukum masyarakat Palestina karena mendukung perlawanan.
  • Meningkatkan kontrol militer atas desa-desa dan kota-kota.
  • Memperkuat kehadiran pemukim.
  • Menghancurkan struktur sosial Palestina melalui penangkapan dan penghancuran rumah.
  • Menciptakan kekacauan keamanan untuk membenarkan agresi lanjutan.
  • Mempersiapkan proyek aneksasi dan perluasan permukiman.

Semua ini merupakan bagian dari kebijakan “genosida bertahap” terhadap tanah dan rakyat Palestina.

Tepi Barat Menuju Titik Kritis

Menurut analis Palestina Khalil Tafakji, situasi menuju ledakan besar yang sulit dikendalikan.
Agresi Israel, serangan pemukim, dan penangkapan harian telah menciptakan tekanan ekstrem yang bahkan diakui oleh lembaga keamanan Israel sebagai situasi yang hampir tidak dapat dikendalikan.

Empat Skenario yang Mungkin Terjadi

Berdasarkan data lapangan dan penilaian analis:

1. Ledakan Keamanan Besar-Besaran

Tepi Barat bisa berubah menjadi front konfrontasi semi-terbuka antara perlawanan dan tentara Israel, dengan bentrokan meluas ke banyak wilayah secara bersamaan.

2. Intifadah Ketiga (Pemberontakan Rakyat Skala Besar)

Ini dapat berupa protes luas, pemogokan umum, kampanye boikot, dan tekanan massa terhadap pendudukan.

3. Kebangkitan Kepemimpinan Lokal

Dengan melemahnya Otoritas Palestina, kelompok-kelompok lokal bersenjata atau sipil dapat mengisi kekosongan dan mengubah aturan konfrontasi.

4. Operasi Militer Besar Israel

Israel dapat meningkatkan pengerahan militer, melancarkan operasi luas melawan kelompok perlawanan, dan menghidupkan kembali strategi pemecahan wilayah Tepi Barat menjadi kanton-kanton kecil.

Kesimpulan

Dalam konteks eskalasi agresi Israel yang berkelanjutan, dan pelanggaran gencatan senjata di Gaza, ledakan situasi di Tepi Barat tampak tak terhindarkan.
Para pengamat keamanan menilai peluang terjadinya Intifadah Ketiga kini jauh lebih besar dibanding sebelumnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *