Teheran, Purna Warta – Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyerukan persatuan dan dialog umat Muslim setelah Pakistan dan Afghanistan mencapai gencatan senjata 48 jam menyusul bentrokan mematikan di perbatasan.
Baca juga: Iran Mendesak Reformasi PBB yang Inklusif dan Didorong oleh Anggota
Pezeshkian mengatakan pada hari Rabu bahwa musuh terus berupaya menciptakan perpecahan di antara negara-negara Muslim untuk melemahkan mereka.
Ia menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah sesi yang menguraikan posisi Iran terkait ketegangan terkini antara Pakistan dan Afghanistan. Pezeshkian mengatakan negara-negara Muslim menolak konflik dan perpecahan, dan menyebut kerusuhan tersebut sebagai akibat dari “konspirasi musuh dan Zionisme internasional.”
Ia mengatakan bahwa ketegangan yang kembali terjadi antara Afghanistan dan Pakistan telah menimbulkan kekhawatiran serius di antara negara-negara di kawasan, termasuk Iran, yang berbatasan dengan kedua negara.
Negara-negara Muslim dengan akar dan budaya yang sama memiliki “ikatan iman dan budaya yang tak tergoyahkan” dan harus bekerja sama untuk memajukan perdamaian, keadilan, dan kemajuan, ujarnya.
Pezeshkian menegaskan kembali bahwa Iran akan menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk mengurangi ketegangan, mendorong dialog, dan memperkuat hubungan antara kedua negara tetangga.
“Dialog dan peningkatan hubungan persaudaraan akan membantu meredakan ketegangan antara Afghanistan dan Pakistan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kawasan ini membutuhkan perdamaian, kohesi, dan kerja sama lebih dari sebelumnya, dan menyatakan keyakinannya bahwa kedua pemerintah dan rakyat akan menyelesaikan perbedaan mereka melalui kebijaksanaan.
Baca juga: Iran Kecam Pelanggaran Gencatan Senjata Israel di Lebanon
Pakistan dan Afghanistan menyepakati gencatan senjata sementara selama 48 jam pada hari Rabu setelah bentrokan perbatasan baru yang menewaskan dan melukai puluhan orang.
Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan gencatan senjata mulai berlaku pukul 18.00 waktu setempat, memberikan jeda singkat di tengah kekhawatiran bahwa bentrokan yang berulang dapat memicu lebih banyak kekerasan.


