Gedung Putih Nyatakan Yaman Tetap Jadi Ancaman Bagi Israel

Sana’a, Purna Warta – Dengan berlanjutnya serangan oleh Gerakan Ansarullah Yaman terhadap posisi rezim Zionis Israel, yang dilakukan sebagai dukungan untuk rakyat Gaza dan perlawanan Palestina, Gedung Putih menyatakan bahwa gerakan ini tetap menjadi ancaman bagi rezim Zionis Israel.

Baca juga: Menlu Mesir akan Berkunjung ke Suriah

Gedung Putih menyatakan: “Kami percaya bahwa serangan Ansarullah terhadap pasukan kami akan terus berlanjut.”

Menurut laporan kantor berita Sputnik, Gedung Putih menambahkan: “Yaman tetap menjadi ancaman nyata dan aktual bagi Israel dan terus melakukan operasi melawan Israel. Selama Ansarullah memiliki kemampuan untuk menyerang, kami akan melanjutkan serangan kami.”

Gedung Putih juga mengklaim: “Kami ingin Israel memulai operasinya di Yaman dengan cara yang membatasi kerusakan pada infrastruktur sipil.”

Pada hari Kamis, militer rezim Zionis Israel melancarkan serangan agresif terhadap fasilitas sipil di Yaman, termasuk pelabuhan Al-Hudaydah dan bandara Sana’a, yang menyebabkan enam orang meninggal dunia dan melukai 40 orang lainnya.

Sebagai balasan, pada Jumat dini hari, militer Yaman melancarkan serangan rudal ke wilayah tengah Palestina yang diduduki, yang menyebabkan 18 orang Zionis terluka.

Sebelumnya, militer Yaman telah beberapa kali menargetkan Tel Aviv pada tengah malam dan menyatakan bahwa serangan ini akan terus berlanjut hingga kejahatan rezim Zionis Israel di Gaza diakhiri.

Di sisi lain, Gedung Putih mengklaim bahwa Gerakan Hamas adalah penghalang utama tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pejabat pemerintah Amerika Serikat, dalam pembicaraan dengan keluarga tawanan Zionis Israel, menyatakan optimisme mereka terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan pertukaran tawanan, atau setidaknya tahap pertama kesepakatan tersebut, sebelum Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari.

Pejabat Amerika mengatakan: “Kami percaya bahwa kami telah mendekati kesepakatan dan akan terus bekerja untuk mencapainya.”

Sementara Gedung Putih mengklaim bahwa Hamas menghalangi tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara rezim Zionis Israel dan Hamas, seorang pemimpin Palestina pada hari Kamis mengatakan: “Negosiasi saat ini tentang gencatan senjata di Gaza melalui para mediator berjalan dengan baik, tetapi menghadapi hambatan yang sulit. Terlepas dari kegaduhan media Israel, negosiasi melalui para mediator terus berlanjut, dan pembicaraan tentang runtuhnya negosiasi tersebut tidaklah benar.”

Dia mengatakan kepada Al-Mayadeen: “Ada tiga hambatan yang menunda kemajuan negosiasi. Hambatan pertama adalah posisi Israel mengenai penarikan dari Poros Filadelfia pada tahap pertama. Hambatan kedua adalah penolakan rezim pendudukan untuk membebaskan sejumlah tahanan yang dijatuhi hukuman seumur hidup. Hambatan ketiga adalah desakan Israel untuk mempertahankan pasukannya di dalam Jalur Gaza pada tahap pertama.”

Baca juga: Bentrokan Sengit antara Pasukan Kurdi dan Kelompok-Kelompok Afiliasi Turki

Pejabat Palestina ini mengatakan: “Israel bersikeras untuk tetap hadir di Poros Filadelfia pada tahap pertama, namun Hamas menentangnya. Hamas juga bersikeras pada pembebasan sekitar 200 tahanan yang dijatuhi hukuman seumur hidup pada tahap pertama. Selain itu, Israel bersikeras agar Hamas menyetujui daftar tertentu dari tahanan Zionis Israel di Gaza yang berjumlah 34 orang untuk dibebaskan pada tahap pertama.”

Gerakan Hamas pada hari Rabu dalam sebuah pernyataan mengumumkan: “Negosiasi mengenai gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Doha dengan mediasi Qatar dan Mesir berlangsung secara serius. Kami menunjukkan tanggung jawab dan fleksibilitas, tetapi rezim pendudukan mengajukan isu-isu dan syarat-syarat baru terkait penarikan, gencatan senjata, tahanan, dan kembalinya pengungsi, yang menyebabkan kemungkinan tercapainya kesepakatan menjadi tertunda.”

Sebelumnya, surat kabar Israel Hayom melaporkan bahwa negosiasi berjalan lambat dan rumit, serta menyebutkan adanya diskusi mengenai solusi terkait tuntutan Hamas agar rezim Zionis Israel menarik diri dari poros Netzarim dan Filadelfia.

Dalam konteks ini, situs Walla, mengutip pejabat Israel, melaporkan bahwa meskipun ada sedikit kemajuan di Doha, masih terdapat kesenjangan besar.

Situs tersebut, mengutip seorang pejabat senior Israel, menyebutkan: “Negosiasi tidak mengalami kegagalan.”

Situs itu juga melaporkan bahwa Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, dalam sebuah pertemuan mengatakan bahwa tidak mungkin mencapai kesepakatan tanpa memperoleh daftar nama tahanan Israel yang masih hidup.

Netanyahu menyatakan bahwa Tel Aviv tidak berhasil mendapatkan nama-nama tahanan Zionis Israel di Jalur Gaza, dan ia tidak akan siap menandatangani kesepakatan sampai mengetahui siapa yang akan kembali dari Gaza.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *