Purna Warta – Ursula Haverbeck adalah seorang tokoh Jerman yang selalu menggaungkan ide skeptisisme terhadap peristiwa Holocaust yang menimpa umat Yahudi di Jerman pada masa kekuasaan Nazi.
Ursula Haverbeck lahir pada 8 November 1928 di Winterscheid – sekarang merupakan bagian dari Gilserberg – dan pada usia 4 tahun ia menyaksikan kebangkitan NSDAP atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei yang kemudian dikenal dunia sebagai Nazi.
Pada usia 17 tahun, Ursula Haverbeck juga menyaksikan sendiri jatuhnya Nazi seusai perang dunia 2. Wanita ini merupakan seorang saksi sejarah yang menyaksikan kebangkitan Nazi, perang dunia dunia berikut keruntuhan partai besar tersebut.
Peristiwa Holocaust sendiri merupakan sebuah peristiwa yang selalu digaungkan oleh umat Yahudi di seluruh dunia untuk menarik simpati global terhadap mereka dimana diklaim bahwa jutaan orang Yahudi dibunuh oleh Nazi pada peristiwa tersebut.
Holocaust juga merupakan salah satu faktor penting yang mensukseskan program pendirian negara Israel di tanah Palestina yang terjajah. Atas dasar itu, holocaust dan menghidupkan ingatan komunitas global terhadap peristiwa tersebut sangatlah vital bagi keberlangsungan Israel dan sekutu-sekutunya yang kini mendominasi politik dan ekonomi dunia.
Kriminalisasi setiap orang yang menyangkal, mengkritik atau bahkan meragukan peristiwa tersebut di Eropa dan Amerika atas tuduhan anti-semit menunjukkan pentingnya peristiwa tersebut bagi keberlangsungan mereka sekaligus menunjukkan standar ganda yang terus menerus mereka terapkan.
Upaya tersebut begitu sukses hingga membuat Israel bisa melakukan segala yang mereka lakukan di Palestina dengan menuduh siapapun yang berseberangan dengan mereka sebagai anti-semit dan tidak peduli pada umat Yahudi korban holocaust.
Eropa dan Amerika yang terus menerus menyerukan slogan kebebasan berpendapat dan kebebasan bereskpresi yang sampai pada tahap melegalkan ganja dan LGBT menganggap bahwa kritik dan skeptis terhadap perisitwa holocaust adalah sebuah kejahatan. Ini merupakan secara gamblang tidak sesuai dengan slogan kebebasan berpendapat mereka.
Ursula Haverbeck selama bertahun-tahun mempertanyakan peristiwa tersebut. Ia mempertanyakan perihal dimana peristiwa itu terjadi? Mengapa banyak orang Jerman yang tidak mengetahui dimana peristiwa itu terjadi? Mengapa jumlah korban seringkali mengalami revisi? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya?
“Aku sudah bertanya pada semua institusi yang bisa mengetahui hal semacam itu di Jerman, termasuk pusat Yahudi di Jerman dan banyak jaksa-jaksa. Tapi tidak ada satupun – selama 5 tahun pencarian di seluruh penjuru Jerman – yang bisa memberikan jawaban atau meyakinkanku atas perisitwa tersebut. Aku bahkan meminta Kementerian Keadilan jika ia bisa mengadakan diskusi publik terkait dimana peristiwa itu terjadi. Namun aku tidak mendapat jawaban sama sekali” jelas Ursula dalam sebuah video.
Terkait permusuhan Yahudi dan Jerman Ursula dalam sebuah wawancara menjelaskan:
“Aku belum bisa menyimpulkan mengapa konflik antara Jerman dan Yahudi kala itu sangat hebat dan mengapa Yahudi begitu membenci Jerman masih belum terlalu jelas bagiku. Tapi aku belum pernah membaca dari siapapun sebuah ekspresi kebencian yang teramat dalam seperti mereka, baca saja Talmud”
Akibat aksinya yang berlangsung bertahun-tahun ini, Ursula Haverbeck mengalami persekusi berulang kali.
Pada Juni 2004 ia dipidana membayar denda sebesar 5.400 Euro atas tuduhan ujaran kebencian.
Pada Juni 2009 ia kembali dipidana membaya denda sebesar 2.700 Euro akibat surat kritik yang ia layangkan kepada Charlotte Knobloch, presiden persatuan Yahudi Jerman.
Pada September 2016 di usianya yang ke 87 ia dipidana penjara selama 10 bulan atas tuduhan “penolakan terhadap holocaust”.
Pada Oktober 2016 ia kembali didakwa atas ujaran kebencian dan dipidana 11 bulan penjara. Di bulan berikutnya ia dipidana penjara di Verden selama 2 setengah tahun akibat pernyataannya terkait Nazi Jerman.
Pada Juni 2024 di usia yang ke 95 yang sudah menggunakan kursi roda kembali dipenjara selama 16 bulan. Ia meninggal dunia pada hari ini (Rabu, 21/11). Berita terkait Ursula Haverbeck cukup sulit untuk dicari akibat kampanye yang ia lakukan selama bertahun-tahun membuatnya tersembunyi dari media konvensional.
Ursula bukanlah satu-satunya orang yang dipenjara dan dipersekusi akibat mempertanyakan berbagai peristiwa yang terjadi pada perang dunia 2 khususnya yang berkaitan dengan Holocaust dan Yahudi. Itu semua menunjukkan standar ganda yang terus berlaku di dunia barat terkait kebebasan berpendapat dan adanya campur tangan Yahudi dalam dunia politik mereka.
Oleh: M. Rumi