Hamas Tolak Menyerah di Rafah, Mendesak Mediator untuk Menjaga Gencatan Senjata

Hamas rafah

Al-Quds, Purna Warta – Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menegaskan bahwa para pejuangnya yang terjebak di wilayah Rafah yang dikuasai Israel, di Gaza selatan, tidak akan menyerah kepada pasukan rezim.

Baca juga: Pakar PBB: Bukti Menunjukkan Tahanan Palestina Disiksa oleh Israel

Dalam pernyataan Minggu, sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, menolak laporan yang menyebut para pejuangnya mungkin akan meletakkan senjata sebagai bagian dari kesepakatan mediasi yang dipimpin Mesir.

“Musuh harus tahu bahwa konsep menyerah atau menyerahkan diri tidak ada dalam kamus Brigade al-Qassam,” bunyi pernyataan tersebut.

Berdasarkan proposal Mesir, sekitar 200 pejuang akan menyerahkan senjata mereka kepada pihak berwenang Mesir sebagai imbalan atas perjalanan aman ke wilayah lain di Jalur Gaza, menurut sumber mediasi. Kesepakatan ini juga dilaporkan mencakup penyerahan informasi mengenai jaringan terowongan di Rafah agar dapat dihancurkan.

Hamas menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menerima pengaturan apa pun yang “melayani tujuan pendudukan Israel,” dan sebaliknya mendesak mediator untuk “menemukan solusi yang menjamin kelanjutan gencatan senjata dan mencegah musuh memanfaatkan situasi untuk membenarkan serangan lebih lanjut.”

Wilayah Rafah menjadi lokasi pelanggaran paling serius oleh militer Israel sejak kesepakatan yang dimediasi AS mulai berlaku pada 10 Oktober. Israel mengklaim serangan udara menargetkan struktur militer Hamas setelah apa yang disebutnya sebagai serangan misil anti-tank dan tembakan terhadap pasukannya. Hamas, bagaimanapun, membantah terlibat dalam bentrokan di Rafah dan menegaskan komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata.

Baca juga: Knesset Israel Setujui Rancangan Undang-Undang Hukuman Mati bagi Tawanan Palestina

Brigade al-Qassam juga memperingatkan bahwa mediator harus “menemukan solusi yang menjamin kelanjutan gencatan senjata dan mencegah musuh menggunakan dalih lemah untuk melanggarnya serta mengeksploitasi situasi untuk menargetkan warga sipil yang tidak bersalah di Gaza.”

Serangan udara Israel di Rafah sejauh ini menewaskan puluhan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan.

Beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata berlaku, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa pos perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan tetap ditutup “sampai pemberitahuan lebih lanjut,” yang jelas merupakan pelanggaran gencatan senjata.

Rezim tersebut menutup semua perbatasan, memblokir masuknya bantuan kemanusiaan, dan semakin memperdalam krisis kemanusiaan Gaza yang sudah parah sejak Maret, ketika rezim melanggar kesepakatan gencatan senjata sebelumnya dengan Hamas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *