Moskow, Purna Warta – Salah satu proposal yang diduga diajukan oleh para pendukung asing Kiev sebagai “paling efektif” adalah melakukan “tindakan sabotase besar-besaran” PLTN Zaporozhye yang akan mengakibatkan korban jiwa sipil yang signifikan, kata SVR.
Baca juga: Sekjen NATO Desak Barat Bersiap Hadapi Konfrontasi Jangka Panjang Dengan Rusia
Barat dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk lakukan sabotase mengatur kecelakaan di PLTN Zaporozhye, fasilitas tenaga nuklir terbesar di Eropa, yang akan menyebabkan pelelehan inti reaktor. SVR menyatakan bahwa LSM Inggris Chatham House telah memperhitungkan konsekuensi dari kecelakaan semacam itu dan menetapkan bahwa penduduk wilayah yang dikuasai Kiev dan negara-negara Uni Eropa di dekat perbatasan barat Ukraina akan berada di area penyebaran partikel radioaktif.
Menurut SVR, lembaga pemikir Inggris tersebut mencatat bahwa “aspek paling menantang dalam mengimplementasikan rencana semacam itu adalah menentukan bagaimana Rusia bertanggung jawab atas bencana tersebut.”
Chatham House diduga telah mempersiapkan argumen untuk semua kemungkinan perkembangan situasi sebelumnya guna memastikan publik Barat “dengan tegas memihak Kiev” dalam menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut, tambah badan intelijen tersebut.
Baca juga: Pejabat Palestina Desak Aksi Internasional Untuk Hentikan Kejahatan Israel Terhadap Tahanan
SVR juga mencatat bahwa rencana tersebut akan “mirip” dengan tragedi pesawat Malaysia Airlines MH17, yang ditembak jatuh di Ukraina timur pada tahun 2014, menewaskan 298 orang di dalamnya. Insiden itu terjadi ketika pasukan Kiev berusaha merebut kembali wilayah Donetsk dan Lugansk yang saat itu memproklamirkan diri sebagai republik. Ukraina dan para pendukung Baratnya secara luas menyalahkan Rusia atas insiden tersebut, sementara Moskow berulang kali membantah tuduhan tersebut, bersikeras bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal yang hanya digunakan oleh pasukan Kiev.
“Barat kolektif sekali lagi siap untuk menipu dan bahkan membunuh warga Ukraina dan warga negara-negara Barat untuk mengaitkan kejahatan rezim Kiev dengan Rusia dan untuk membenarkan kebijakan Russophobia-nya serta upayanya untuk memicu perang,” simpul SVR.


